PENJUALAN AYAM HIDUP: Pengusaha Minta Penggunaan Takaran Kg, Bukan Ekor

Bisnis.com,19 Jun 2015, 15:58 WIB
Penulis: M. Taufiqur Rahman
Peternakan unggas/disnak.jabarprov.go.id

Bisnis.com, SAMARINDA - Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia Wilayah Kalimantan Timur mengusulkan penggunaan takaran kilogram dalam jual beli ayam hidup di tingkat peternak. Selama ini, jual beli dilakukan menggunakan takaran ekor.

Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Wilayah Kaltim Zamroni Yusro mengatakan penggunaan takaran kilogram akan memberikan rasa keadilan kepada peternak. Sebab, selama ini daging ayam yang dibeli pedagang dijual dengan takaran kilogram, sementara dibeli dari peternak menggunakan takaran ekor.

“Tujuannya agar adil, agar tidak ada permainan, karena takarannya sudah sama, pakai kilogram. Nanti tinggal sekilo di peternak berapa, dijual di pedagang berapa,” katanya, Jumat (19/6/2015).

Zamroni menggungkapkan selama ini peternak ayam selalu menjadi pihak yang dirugikan. Peternak, sebutnya, cenderung mendapat harga murah dari pedagang karena pedagang membeli ayam peternak menggunakan takaran ekor.

Dia mengungkapkan jika kondisi ini terus terjadi, satu per satu peternak unggas yang ada di Kaltim akan gulung tikar karena tidak mampu menangung kerugian yang terjadi.

Oleh karena itu, pihaknya mengusulkan penyamaan takaran dalam jual beli ayam dan daging ayam tersebut.

Lebih jauh, Zamroni mengemukakan beberapa daerah sudah menerapkan sistem takaran kilogram sebagai takaran jual beli ayam hidup dan daging ayam. Untuk itu, tidak ada salahnya jika Kaltim menggunakan sistem yang sama.

Dihubungi terpisah, Kepala Dinas Peternakan Kaltim Dadang Sudarya mengatakan bakal menampung usulan dari peternak unggas tersebut. Pihaknya bakal melakukan kajian yang melibatkan para pakar peternakan dan niaga.

“Akan kita tindaklanjuti, kalau itu memang lebih baik tentu akan kita rekomendasikan,” ungkapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini