LAPORAN FAO: Pergerakan Harga Komoditas Pertanian Global Cenderung Turun

Bisnis.com,06 Jul 2015, 16:19 WIB
Penulis: Dara Aziliya
Bahan pangan/Ilustrasi-Jibiphoto

Bisnis.com, JAKARTA - Harga produk pertanian dari negara-negara produsen global diprediksi masih akan bergerak di level rendah bahkan cenderung menurun setidaknya dalam satu dekade ke depan.

Hal itu disebabkan oleh tingginya produktivitas tetapi terbebani oleh perlemahan pertumbuhan ekonomi global yang melemahkan permintaan.

Proyeksi tersebut tercantum dalam laporan terbaru yang dipublikasikan organisasi pangan dan pertanian dunia (Food and Agricultural Organization/FAO) bekerjasama dengan The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) bertajuk OECD-FAO Agricultural Outlook 2015-2024 yang dipublikasikan akhir pekan lalu.

Selain lesunya permintaan global, Sekretaris Jenderal (Sekjen) OECD Angel Gurria menyampaikan sepanjang tahun ini harga minyak dunia yang diprediksi belum akan mengalami kenaikan signifikan pun menjadi salah satu faktor penurunan harga komoitas pertanian.

“Kendati demikian, kita tidak dapat mengacu pada proyeksi ini. Kita jangan menampik kemungkinan adanya faktor-faktor lain yang mungkin menimbulkan risiko lonjakan harga ke level baru nantinya,” jelas Gurria, menyertai laporan tersebut.

Gurria pun menggarisbawahi nilai praktik perdagangan komoditas pertanian dunia tidak akan setinggi satu dekade sebelumnya, yaitu saat produksi dan konsumsi global lebih stabil dan seimbang.

Laporan setebal 148 halaman tersebut mengungkapkan dalam sepuluh tahun mendatang, negara-negara pengekspor produk pertanian pun akan lebih terkonsentrasi. Di saat yang sama, jumlah negara pengimpor pangan diproyeksikan kian menunjukkan tren peningkatan.

Untuk itu, OECD-FAO merekomendasikan pemerintah negara-negara dunia untuk mengoordinasikan jumlah kebutuhan dan produksi produk pertanian, mengingat pentingnya menjamin kelancaran fungsi dan distribusi pasar komoditas pertanian internasional.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini