Bisnis.com, JAKARTA--Responden survei perbankan melakukan revisi pertumbuhan kredit menjadi 12,2% hingga akhir tahun.
Sebelum revisi, responden optimis kalau pertumbuhan kredit akan mencapai 17,1% secara year on year hingga akhir tahun. Kebutuhan pembiayaan yang rendah diringi dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi faktor utama penyaluran kredit baru.
"Perbankan juga mewaspadai terjadinya kenaikan risiko kredit bermasalah atau non performing loan," tulis Bank Indonesia dari Survei Perbankan Kuartal II/2015, Jumat (10/7/2015).
Rendahnya penyaluran kredit selama kuartal II/2015 tercermin dari persentase responden yang memiliki realisasi kredit baru di bawah target atau mencatatkan deviasi di atas 5%, sebesar 73,3%. Adapun sampel survei perbankan dipilih secara purposive terhadap 42 bank umum yang berkantor pusat di Jakarta dengan pangsa kredit sekitar 80% dari nilai total kredit bank umum seara nasional.
Berdasarkan jenis kredi konsumsi, BI menyebutkan, persentase responden yang tidak mencapai target paling banyak terjadi pada kredit pemilikan rumah (KPR)/ kredit pemilikan apartement (KPA) dan kredit kendaraan bermotor.
Terpisah, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D. Hadad mengatakan pihaknya telah menerima revisi rencana bisnis bank (RBB) 2015 dari 118 bank. Muliaman menyebutkan dari keseluruhan revisi RBB tersebut, rerata proyeksi kredit pada tahun ini hanya akan berada maksimal di posisi 14%.
Muliaman mengatakan kisarannya target kredit baru di posisi 13%-15% tetapi bakal mentok di 14% maksimal, karena bankir lebih realistis melihat proyeksi permintaan kredit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel