Toshiba Diguncang Skandal Akuntansi senilai US$1,2 Miliar

Bisnis.com,21 Jul 2015, 22:21 WIB
Penulis: M. Taufikul Basari
Indeks Topix

Bisnis.com, JAKARTA - Toshiba Corporation didera skandal akuntansi senilai US$1,2 miliar yang menyebabkan pemimpin perusahaan Hisao Tanaka dan dua eksekutif lainnya mengundurkan diri.

 

Kasus yang diduga dilakukan cukup lama ini juga menyebabkan perusahaan harus menyajikan kembali laporan laba selama lebih dari enam tahun.

 

Dua eksekutif lain yang mundur adalah wakil presiden Norio Sasaki dan mantan presiden Atsutoshi Nishida, yang berperan sebagai penasihat.

Pengunduran diri pada Selasa (21/7) itu terjadi setelah dua bulan sebelumnya perusahaan mengumumkan tengah menyelidiki kemungkinan penyimpangan akuntansi.

Pengunduran diri datang setelah laporan pihak ketiga menunjukkan eksekutif puncak perusahaan menetapkan target keuntungan realistis yang secara sistematis menyebabkan akuntansi cacat.

Toshiba juga mengumumkan Ketua Masashi Muromachi akan mengambilalih kendali perusahaan sebagai presiden sementara. Perusahaan akan mengumumkan tim manajemen baru pada pertengahan Agustus dan akan mengajukan laporan laba tahun fiskal 2014 pada 31 Agustus.

Menurut laporan investigasi pihak ketiga, penyimpangan akuntansi yang ‘terampil’ itu tersembunyi dari pengamat luar.

Namun, tidak ada denda telah diajukan terhadap Toshiba atau eksekutif dalam kasus ini.

Toshiba adalah perusahaan besar yang telah berdiri selama 140 tahun di Jepang dengan lini usaha meliputi reaktor nuklir hingga chip memori. Perusahaan terjerembab dalam skandal akuntansi terbesar di negara itu sejak 2011.

Laporan itu juga menyebutkan bahwa Tanaka dan Sasaki, yang total masa kepemimpinan keduanya mencapai enam tahun, berusaha untuk menunda pembukuan kerugian dan karyawan tidak mampu untuk melawan perintah manajemen.

Toshiba dikenal untuk produk televisi dan elektronik, termasuk komputer dan pemutar DVD. Perusahaan tercatat memiliki lebih dari 200.000 karyawan di seluruh dunia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusran Yunus
Terkini