Cegah Penyelundupan, Wilayah Perbatasan Butuh Pelabuhan Darat

Bisnis.com,27 Jul 2015, 13:21 WIB
Penulis: Muhammad Avisena
Perbatasan Indonesia dengan Papua New Guinea/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Banyaknya transaksi perdagangan yang tidak tercatat dalam perdagangan di perbatasan membuat keberadaan pelabuhan darat (dry port) semakin mendesak.

Staf Khusus Menteri Perdagangan Ardiansyah Parman mengatakan pelabuhan darat di kawasan perbatasan tersebut diperlukan untuk mengantisipasi adanya penyelundupan barang yang melewati kawasan tersebut.

“Narkoba kerap masuk di pintu-pintu perbatasan, bisa jadi juga diselundupkan dengan produk-produk lainnya. Tetapi untuk membangun dry port, membutuhkan infrastruktur pengawasan, terutama Bea Cukai,” kata Ardiansyah, Senin (27/7/2015).

Berdasarkan hasil survey Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan (BP2KP) Kementerian Perdagangan di sembilan pintu perbatasan Indonesia dengan Malaysia, Papua Nugini, dan Timor Leste pada 2012, Indonesia mencatatkan surplus sebesar US$631.834.

Nilai ekspor lintas batas Indonesia dengan ketiga negara tersebut mencapai US$1,16 juta dan impor sebesar US$528.001.

Komoditas ekspor asal Indonesia yang mendominasi perdagangan lintas batas tersebut a.l. gandum (36,03%), sayuran (16,58%), serta kopi, teh, dan rempah-rempah (16,05%).

Sementara itu, komoditas impor yang paling  banyak masuk ke Indonesia melalui perbatasan a.l. gula dan kembang gula (22,79%), bahan bakar mineral (19,63%), serta lemak dan minyak hewan/nabati (7,57%).

Kebutuhan akan pelabuhan darat tersebut menjadi tambahan lainnya setelah pemerintah juga berencana untuk membangun gerai perbatasan untuk mengurangi disparitas harga di kawasan perbatasan dengan kawasan Indonesia lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini