Presiden Jokowi Dorong Kerja Sama BUMN RI-China

Bisnis.com,27 Jul 2015, 17:08 WIB
Penulis: Ana Noviani
Pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Ketua Majelis Permusyawaratan Politik China Yu Zhensheng (kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (27/7)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA- Presiden Joko Widodo berharap kerja sama bisnis antara BUMN nasional dengan BUMN China dapat ditingkatkan guna menjadikan Indonesia sebagai basis produksi di wilayah Asia Tenggara.

"Dalam diskusinya, Presiden dan Ketua Parlemen RRT mengatakan upaya kedua negara dilakukan untuk meningkatkan kerjasama yang sifatnya BUMN ke BUMN," ujar Menteri Luar Negeri Retno L.P. Marsudi di Istana Merdeka, Senin (27/7/2015).

Hal tersebut disampaikan Retno seusai mendampingi Presiden Jokowi saat menerima kunjungan kehormatan Ketua Parlemen Republik Rakyat China Yu Zhengsheng di Istan Merdeka.

Dalam pertemuan yang dimulai pada pukul 14.00 WIB, delegasi National Committee of the Chinese People's Political Consultative Conference (CPPCC) diwakili oleh lima orang pimpinannya.

Hadir pula Duta Besar RRC untuk Indonesia Xie Feng, Wakil Menteri Luar Negeri RRC Liu Zhenmin, Deputi Dirjen Departemen Asia Kemenlu RRC Bai Tian, dan Deputi Dirjen Departemen Informasi Kemenlu RRC Hong Lei.

Retno mengungkapkan upaya Presiden Jokowi untuk mendorong kerjasama antarperusahaan plat merah dilakukan agar Indonesia dapat menjadi basis produksi perusahaan-perusahaan China guna memasok kebutuhan industri di Asia Tenggara.

"Indonesia mengharapkan kerjasama ekonomi yang akan dilakukan dengan China akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi untuk wilayah Asia," kata Retno.

Berdasarkan data BKPM, China merupakan investor asing terbesar ke-8 di Indonesia dengan realisasi penanaman modal mencapai US$800 juta pada 2014 yang tersebar di 501 proyek.

Terkait kerjasama antarperusahaan plat merah, pada pertengahan Juni 2014, Menteri BUMN Rini Soemarno telah menandatangani kerjasama pendanaan senilai US$40 miliar untuk sejumlah BUMN di Tanah Air, antara lain Garuda Indonesia dan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Tak hanya itu, pemerintah juga membuka peluang bagi BUMN Tiongkok China Railway untuk menggarap studi kelayakan (feasibility studies) proyek kereta api supercepat Jakarta-Bandung. Hasil FS konsorsium China Railway akan diadu dengan kajian serupa yang digarap oleh konsorsium Jepang.

Retno mengakui proyek high speed train sempat dibahas dalam kunjungan kehormatan tersebut. "Hanya sekilas," imbuh Retno.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan RRT dan Indonesia memiliki kesamaan visi di bidang maritim. RRC memiliki konsep jalur sutra maritim, sedangkan Indonesia mengembangkan visi untuk menjadi poros maritim dunia.

Dua visi tersebut, lanjut Indroyono, sangat bagus untuk dikerjasamakan baik di bidang investasi infrastruktur, industri, perdagangan, maupun hubungan antarmanusia melalui pariwisata.

"Wisatawan dari RRC di Indonesia belum sampai 1 juta per tahun, sedangkan yang datang ke Thailand semester I sudah samapi 4 juta. Ini bagian dari people to people contacts yang kita kembangkan," katanya.

Indroyono mengatakan beberapa industri dari RRC mulai mengalihkan pabrik ke luar Negeri Tirai Bambu itu. Indonesia, lanjutnya, harus menangkap peluang tersebut dengan menyiapkan infrastruktur penunjang industri, seperti kawasan industri dan listrik.

"Jadi nantinya kawasan-kawasan industri dibangun juga, pembangkit listriknya juga dibangun bersama RRC," tuturnya.

Dengan pembangunan sarana dan prasarana investasi itu, Indroyono optimistis Indonesia dapat menjadi mitra China dalam mengembangkan industrialisasi dan basis produksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Andhina Wulandari
Terkini