Dikepung Sentimen Negatif, Harga CPO Kian Tertekan

Bisnis.com,28 Jul 2015, 15:05 WIB
Penulis: Surya Rianto
Pabrik pengolahan kelapa sawit/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Harga crude palm oil terus melemah setelah ekspor pada bulan ini berpotensi anjlok dibandingikan bulan lalu.

Kejatuhan harga komoditas pesaing turut menekan harga sawit dan tertekannya ringgit ke level terendah 1998 tidak mampu menahan pelemahan harga komoditas itu.

Pada perdagangan hari ini Selasa (28/7/2015) sampai pukul 14:40 WIB, harga crude palm oil (CPO) turun 0,84% menjadi 2.125 ringgit per metrik ton.

Sepanjang pekan ini harga CPO di Malaysia sudah anjlok sebesar 2,12%, sedangkan harga CPO di Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) turun 1,22% menjadi Rp7.725 per kg.

Sepanjang bulan ini sampai perdagangan kemarin, nilai tukar ringgit sudah anjlok 1,87% menjadi 3,81 ringgit per dolar AS.

Benny Lee, analis Jupiter Securities, mengatakan harga CPO masih tertekan oleh kejatuhan harga minyak dan kedelai. "Sentimen pasar ke harga sawit masih lemah," ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Selasa (28/7/2015).

Dedy Yusuf Siregar, analis PT Asia Fortis Indonesia, mengatakan pasca Ramadan silam, harga CPO berpotensi terus tertekan. Penurunan ekspor dibandingkan dengan momentum banjir permintaan saat Ramadhan serta penurunan harga kedelai dan minyak menjadi faktor kejatuhan harga sawit.

“Bila harga CPO belum jatuh di bawah 2.100 ringgit, maka harga komoditas sawit itu masih berpotensi bergerak di kisaran 2.100 ringgit sampai 2.400 ringgit,” ujarnya kepada Bisnis.com.

Kemarin, data Intertek menunjukkan ekspor CPO Malaysia dari 1-25 Juli 2015 turun 18% menjadi 1,15 juta metrik ton dibandingkan dengan periode yang sama pada bulan lalu.

Sementara itu, Phillip Futures Sdn. Bhd., dalam risetnya menyebutkan kondisi fundamental sawit berpotensi terus memburuk setelah terjadi penurunan ekspor. Hal itu menandakan permintaan yang lemah dan pasar tengah mengantisipasi potensi kenaikan produksi pada bulan ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini