Kisah Semen dan Hari Depan Banten

Bisnis.com,02 Agt 2015, 18:11 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Proyek properti/Ilustrasi

Rendahnya serapan semen dan sepinya sektor konstruksi bukan hanya terjadi di Banten. Di luar Banten, Kondisi muram juga terekam pada catatan bisnis properti yang sedikit banyak terkait dengan serapan semen.

Lembaga properti Cushman and Wakefield Indonesia menyodorkan gambaran melemahnya gairah bisnis properti di Jabodetabek.

Di wilayah ini tersedia pasokan 185.181 unit apartemen strata tittle tetapi selama Januari - Maret yang terserap hanya 64,4%.

Pengembang Sinar Mas Land (SML) menilai perlambatan bisnis di bidang properti sebetulnya bersumber dari gejolak harga komoditas.

Minyak mentah dan batu bara merupakan tumpuan utama perputaran perekonomian RI.

Selain komoditas, faktor yang kerap disebut-sebut adalah depresiasi rupiah terhadap dolar AS.

Hal ini membuat harga sejumlah bahan bangunan melonjak karena harus didatangkan dari luar negeri tetapi tidak bisa begitu saja dikompensasikan kepada harga jual properti.

Aspek lain adalah pelemahan daya beli warga kelas menengah atas yang terlihat dari penurunan penjualan mobil. Tapi Ishak tak sependapat, menurut dia, pelemahan daya beli terjadi di semua taraf ekonomi.

"Katanya pelemahan daya beli terlihat dari penurunan pembelian mobil, tetapi penjualan motor juga turun. Ini artinya semua level kena," ucap Ishak.

Peranan swasta, seperti properti, terhadap pertumbuhan konstruksi dan konsumsi semen tidak bisa disepelekan.

Sayangnya SML memproyeksikan perbaikan bisnis properti baru terasa mulai 2017, artinya konsumsi semen berpotensi landai pulai sampai dua tahun mendatang dan produsen harus legowo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini