Bisnis.com, JAKARTA – Pelaku industri keuangan nonbank berharap pemerintah memberikan stimulus lain untuk merangsang pertumbuhan industri pada semester II/2015.
Efrinal Sinaga, Sekjen Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) mengatakan kebijakan penurunan loan to value dan penurunan DP minimum oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dinilai terlambat untuk merangsang daya beli masyarakat.
Beleid yang dikeluarkan pada akhir Juni tersebut dinilai belum mampu menjadi motor penggerak konsumsi masyarakat, utamanya pembiayaan kendaraan bermotor yang telah menunjukkan penurunan penjualan sejak awal tahun.
“Munculnya sudah terlambat, daya beli sudah lemah dan sulit hanya dengan kebijakan itu. Mungkin apabila angsuran untuk masyarakat lebih murah akan lebih signifikan,” katanya seperti dikutip Bisnis, (7/8/2015).
Dengan turunnya angsuran, dia mengatakan daya beli masyarakat akan kembali tergedor.
Untuk mewujudkan itu, dia mengatakan pemerintah harus mempertimbangkan kembali penurunan BI Rate.
Efrinal mengatakan penurunan BI Rate beberapa waktu lalu sebanyak 25 basis poin dinilai belum bisa menurunkan bunga perbankan.
Akibatnya, bunga pembiayaan juga masih saja tinggi untuk nasabah.
“Apabila turun hingga 50 basis poin mungkin baru terasa dampak psikologisnya. Apa perlu tunggu sampai The Fed Oktober nanti baru ada perubahan?” ujarnya.
Sampai akhir tahun, Efrinal mengatakan pihaknya masih memperkirakan pertumbuhan industri pembiayaan hanya satu digit atau minimal akan sama dengan tahun lalu.
Fauzi Darwis, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengatakan pihaknya mengharapkan belanja infrastruktur pemerintah segera terealisasi untuk tetap menjaga pertumbuhan industri asuransi.
AAUI bertekad menjaga pertumbuhan premi bruto di kisaran 11-13% sepanjang semester II/2015.
Jumlah tersebut tergolong konservatif karena mempertimbangkan lambatnya belanja modal pemerintah, ekonomi yang lesu dan ketidakpastian program skema kordinasi manfaat (coordination of benefit/COB).
"Harapan kami adalah proyek-proyek pemerintah yang diperkirakan mulai pada semester kedua tahun ini untuk tetap menjaga pertumbuhan" katanya.
Per kuartal I/2015, pertumbuhan premi bruto industri umum mencapai 9,8% menjadi Rp13,97 triliun.
Capaian tersebut tergolong melorot jika dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu hingga 19,8%.
Pangsa pasar terbesar industri asuransi umum sendiri masih didominasi oleh harta benda sekitar 29,4%, dan kendaraan bermotor 29,2%, sedangkan asuransi kesehatan sekitar 9%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel