Bisnis.com,JAKARTA—Pemerintah perlu membuka peluang seluas-luasnya kepada Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dalam memanfaatkan teknologi informasi (TI) sebagai pendukung untuk menghimpun dana murah (current account saving account/CASA).
Made Arya Amitabha, Ketua Ikatan Bankir Profesional Bank Perkreditan Rakyat (iPro BPR) sekaligus Direktur Utama BPR Kanti, mengatakan penerimaan dana murah BPR selama ini sulit optimal karena jangkauan BPR terbatas serta tingkat kepercayaan masyarakat masih rendah.
Menurutnya, dengan dukungan teknologi informasi, seperti mobile banking dan ATM, kepercayaan masyarakat untuk menyimpan dana di BPR akan meningkat.
“Regulator harus buka seluas-luasnya informasi teknologi tersebut agar tingkatkan kepercayaan masyarakat,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (11/8/2015).
Data statistik BPR konversional yang dikeluarkan Bank Indonesia per Juni 2015 mencatat pertumbuhan CASA BPR secara year on year (y-o-y) sebesar 9,61% menjadi Rp18,06 triliun dari sebelumnya Rp16,48 triliun. Sementara deposito tumbuh 22,01% dari Rp35,64 triliun menjadi Rp43,49 triliun.
Porsi penghimpunan CASA pada dana pihak ketiga (DPK) BPR lebih kecil dibandingkan dana mahal (deposito). Hingga Juni 2015, porsi CASA pada DPK BPR sebesar 29,35%. Sementara porsi dana mahal sebesar 70,65%.
Porsi tabungan pada DPK BPR tengah tahun ini lebih kecil dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, yaitu 31,62%, sedangkan dana mahal sebesar 68,38%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel