Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah multifinance menyatakan rasio pembiayaan bermasalah mulai berangsur turun setelah sempat melonjak pascalebaran.
Ade Cahyo Nugroho, Direktur Keuangan Mandiri Tunas Finance (MTF) mengatakan rasio pembiayaan bermasalah atau non performing financing (NPF) sempat terkerek 20 basis poin ke posisi 1,3% hingga Juli 2015.
Pada Juni 2015, rasio NPF MTF mencapai 1,1%. Kendati rasio naik secara month to month, rasio NPF turun 1,29% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu di posisi 1,12% (year on year/y-o-y).
“Saat ini [update Agustus] sudah agak menurun mendekati posisi Juni dan kami perkirakan akan kembali normal seluruhnya pada September,” katanya seperti dikutip Bisnis.com, Senin (24/8/2015).
Ade mengatakan naiknya rasio NPF selama masa libur hari raya Idulfitri tersebut memang merupakan siklus tahunan yang telah diantisipasi perusahaan.
Banyaknya hari libur membuat waktu penagihan dan pembayaran lebih sempit dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya.
Selain itu, momen hari raya Idul Fitri membuat sejumlah nasabah memiliki keperluan dana lain yang mempengaruhi angsuran pembiayaan.
Ade mengatakan pihaknya tidak hanya mengantisipasi dampak meningkatnya NPF dari siklus tahunan ini namun juga dari kondisi makroekonomi yang cenderung membuat turunnya daya beli konsumen.
“Situasi ekonomi ini kami juga aware untuk menekan NPF. Sampai akhir tahun kami harapkan lebih baik dibandingkan posisi Desember tahun lalu 1,15%,” ujarnya.
Selain mengirimkan notifikasi pembayaran kredit kepada nasabah dari jauh-jauh hari, pihaknya juga memberikan insentif tertentu kepada kantor cabang dengan penjualan terbaik untuk menekan NPF.
Iman Pribadi, Direktur Utama PT Al Ijarah Indonesia Finance (Alif Cicilan Syariah) mengatakan kendati tren NPF meningkat pascalebaran, perseroan tetap menjaga NPF dibawah 3%.
“Sudah agak stabil dan tetap kami jaga dibawah 3% sampai saat ini,” katanya.
Iman mengatakan kontribusi NPF disumbang oleh angsuran nasabah lama. Untuk menekan NPF, baru-baru ini pihaknya mengurangi segmen pembiayaan sepeda motor.
“Hanya sepeda motor dengan kisaran harga Rp30 juta saja yang kami biayai dan segmentasi khusus. Itu salah satu cara kami untuk tekan NPF ditengah kondisi ekonomi seperti ini,” ujarnya.
Selain itu, pihaknya telah menggandeng jasa PT Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah (Askrindo Syariah) untuk menjamin cicilan yang dilakukan nasabah sehingga meminimalisir kredit macet.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel