Antisipasi Perlambatan, Bankir Kian Hemat

Bisnis.com,03 Sep 2015, 20:54 WIB
Penulis: Destyananda Helen
BII

Bisnis.com, JAKARTA—Kalangan bankir telah banyak belajar dari pengalaman krisis masa lalu sehingga sejak dini berupaya melakukan penghematan di berbagai aspek untuk mempertahankan perolehan laba bersih pada akhir tahun nanti.

Presiden Direktur PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Taswin Zakaria mengatakan perlambatan ekonomi membuat perusahaan kian ketat memasang sabuk kehati-hatian dalam menyalurkan kredit. Langkah lain, lanjut dia, perusahaan yang akan berganti nama menjadi PT Bank Maybank Indonesia Tbk. ini pun meningkatkan disiplin pricing sejak akhir tahun lalu.

“Kami juga jaga cost, di setiap lini usaha dan divisi, kami jaga ketat cost,” jelas Taswin di Jakarta, belum lama ini.

Langkah tersebut, dilakukan emiten berkode saham BNII ini untuk menjaga perolehan laba pada akhir tahun nanti. Hasilnya, kata Taswin, meski pertumbuhan pinjaman perusahaan tumbuh melambat, tapi kenaikan pendapatan masih sesuai target.

“Dan ditambah dengan disiplin menjaga komponen bunga sehingga menjaga NIM [net interest margin],” ujar Taswin.

Kendati demikian, Taswin menuturkan hingga akhir tahun nanti, perusahaan belum akan menggelar tawaran pensiun dini bagi karyawannya untuk meningkatkan efisiensi.

Dari laporan keuangan publikasinya, hingga pertengahan tahun ini, BII mencatatkan penyaluran kredit senilai Rp108,5 triliun atau tumbuh 2,02% secara year to date (y-t-d) dari Rp106,3 triliun pada Desember 2014. Kemudian, non-performing loan (NPL) gross perusahaan pada Juni 2015 tercatat sebesar 3,48% atau naik 80 basis poin (bps) dari 2,68% di bulan yang sama tahun lalu.

Kinerja BII sampai Juni 2015 tersebut menyumbang perolehan laba bersih senilai Rp388 miliar atau naik 13,9% secara tahunan (y-o-y). Peningkatan tersebut ditopang kenaikan pendapatan bunga bersih yang juga disumbang tumbuhnya margin bunga bersih.

Sementara itu, Direktur Utama PT Bank Bukopin Tbk. Glen Glenardi pun mengungkapkan perusahaan akan terus berupaya menekan beban bunga untuk mencapai target laba. Selain itu, emiten berkode saham BBKP ini juga melakukan konsolidasi sumber daya manusia untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran agar tak menggerus keuntungan yang diraup.

“Kurang lebih kami akan melakukan itu [menekan cost of fund dan konsolidasi sumber daya manusia],” tulis Glen dalam pesan singkatnya.

PT Bank CIMB Niaga Tbk. pun telah menawarkan program purna karya sukarela (PPKS) pada tahun ini. Dalam keterbukaan informasinya, Wakil Presiden Direktur Bank CIMB Niaga Daniel James Rompas menuturkan langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan efisiensi melalui penjagaan cost to income ratio dan kualitas aset.

“Serta mempertimbangkan bahwa sejak merger pada 2008, perusahaan belum pernah melakukan peninjauan terhadap organisasi secara menyeluruh,” tulis James.

Adapun, PPKS merupakan program yang ditujukan bagi karyawan emiten berkode saham BNGA ini, yang hendak melakukan pensiun dini sebelum mencapai usia 55 tahun. Program tersebut, jelas James, bersifat sukarela dan dapat diikuti dengan asas win-win.

Analis Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Seno Agung Kuncoro mengungkapkan perlambatan ekonomi Indonesia tak hanya menyumbang pelemahan penyaluran kredit, tapi juga meningkatkan tekanan pada kualitas aset. Akibatnya, peningkatan kredit bermasalah tersebut turut menyumbang naiknya cadangan potensi kerugian sehingga profitabilitas perbankan kian tergerus.

Faktor lain yang kurang menguntungkan bagi perbankan, lanjut Seno, yakni sumber daya yang tidak optimal serta pertumbuhan deposito yang dominan yang menimbulkan tekanan pada pendapatan bank. Namun, menurut Seno, kalangan bankir telah banyak memetik pelajaran dari krisis pada masa lampau untuk mengelola perusahaan di tengah kondisi yang kurang kondusif.

“Kontraksi pada pendapatan bunga serta peningkatan cost of fund, membuat manajemen bank harus mencari cara untuk memperbaiki profil sumber pendapatan dan pengeluaran. Beberapa bank sangat besar bahkan telah mengeluarkan program pensiun dini dan konsolidasi struktur organisasi untuk mengefisiensikan pengeluaran,” tulis Seno dalam risetnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bastanul Siregar
Terkini