Bisnis.com, JAKARTA — Unit usaha syariah PT Bank CIMB Niaga Tbk. tengah mencari modal senilai Rp4 triliun untuk mencapai target perusahaan memisahkan diri dari induknya.
SVP Head of Syariah Banking Bank CIMB Niaga Firman A. Moeis mengatakan kendati posisi modal unit usaha syariah (UUS) yang dipimpinnya telah mencukupi untuk melakukan pemisahan, tapi dia menilai perlu pemantapan di berbagai sisi untuk siap menjadi entitas sendiri.
Beberapa hal kini tengah disiapkan UUS Bank CIMB Niaga untuk menjadi Bank Umum Syariah (BUS), yakni penambahan modal dan pengembangan infrastruktur. Hingga Agustus 2015, Firman menyebutkan posisi modal inti perseroan hampir mendekati Rp1 triliun.
“Kami akan naik dulu ke BUKU [bank umum kegiatan usaha] 3 dulu baru spin-off. Rencananya pada 2018,” ujar Firman di Jakarta, pekan ini.
Dengan rencana tersebut, Firman menyebutkan setidaknya CIMB Niaga Syariah membutuhkan suntikan dana senilai Rp4 triliun. Menurutnya, ada dua opsi yang masuk dalam rencana CIMB Niaga Syariah.
Firman memaparkan dua opsi tersebut yakni mengandalkan komitmen pemegang saham serta laba ditahan. Adapun, rencana penyuntikan modal dari Bank CIMB Niaga diharapkan bisa masuk sebelum 2018.
Sementara itu, hingga Agustus 2015, Firman mengungkapkan UUS Bank CIMB Niaga telah menyalurkan pembiayaan senilai Rp7,2 triliun. Dana tersebut disalurkan ke berbagai segmen seperti komersial, usaha kecil dan menengah (UKM), dan konsumer.
Hingga akhir tahun nanti, unit usaha emiten berkode saham BNGA ini membidik pembiayaan bakal mencapai Rp9,5 triliun. Dalam rencana bisnis bank (RBB) 2015, UUS Bank CIMB Niaga pun membidik aset senilai Rp12 triliun pada akhir tahun.
Dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun juga ditargetkan mencapai Rp9,5 triliun pada akhir tahun. Sementara, hingga Agustus 2015, CIMB Niaga Syariah telah mengumpulkan simpanan masyarakat senilai Rp8,2 triliun
Untuk memacu pertumbuhan pembiayaan, Firman mengungkapkan pihaknya akan mengandalkan segmen konsumer dan komersial. Bulan lalu, unit syariah ini meluncurkan produk anyar pembiayaan kepemilikan rumah (PKR) yang menyasar kalangan karyawan, wiraswasta, dan profesional.
Chief of Syariah Banking Bank CIMB Niaga Pandji P. Djajanegara sebelumnya menuturkan PKR anyar tersebut menggunakan skema musyarakah mutanaqisah (MMQ). Produk tersebut dapat digunakan untuk pembelian rumah kantor, rumah toko, apartemen, dan rumah tinggal.
“PKR iB Flexi hadir untuk memberikan kemudahan bagi para nasabah untuk memiliki rumah impian sekaligus meningkatkan pertumbuhan pembiayaan perumahan syariah kami,” ujar Pandji.
Pandji mengatakan PKR iB Flexi menawarkan uang muka sebesar 15% dengan rate pembiayaan yakni 8,5% fleksibel. Adapun, jangka waktu pembiayaan disebutkan mencapai 20 tahun dengan proses persetujuan yang diklaim cepat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel