Tekanan Biaya Dana Perbankan Semakin Turun

Bisnis.com,05 Sep 2015, 16:27 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini
Bank Mandiri/Jibiphoto

Bisnis.com, JAKARTA -- Tekanan beban biaya dana (cost of fund) perbankan semakin menurun seiring dengan penurunan bunga dan nominal simpanan berjangka atau deposito.

Berdasarkan data Uang Beredar (M2) yang diterbitkan Bank Indonesia per Juli 2015 tercatat suku bunga deposito berjangka 3 dan 6 bulan masing-masing sebesar 8,13% dan 8,71% atau turun dibandingkan Juni 2015 yang tercatat sebesar 8,27% dan 8,73%.

Sedangkan nominal deposito pada Juli 2015 senilai Rp1.681,9 triliun atau tumbuh sebesar 21,7% secara tahunan. Nominal ini mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya yang senilai Rp1.691,5 triliun atau tumbuh sebesar 23,2% secara year-on-year (yoy).

Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Budi Satria mengatakan perseroan saat ini mengurangi dana mahal dengan menurunkan suku bunga deposito.

"Itu memang strategi BRI dalam menurunkan biaya dana. Kami memang ingin mengurangi dana berbiaya mahal dan interest rate sensitive serta menggantikannya dengan dana yang berbiaya murah," ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (4/9/2015).

Dari data presentasi kinerja keuangan perseroan, per Juni 2015 emiten berkode saham BBRI ini mencatatkan nominal deposito senilai Rp262,9 triliun atau menurun sebesar 7,33% dari kuartal I/2015 yang senilai Rp283,7 triliun.

Dengan penurunan deposito ini, biaya dana perseroan juga menurun sebesar 24 basis poin dari 4,74% pada Maret 2015 menjadi 4,50% pada Juni 2015.

Haru Koesmahargyo, Direktur Keuangan BRI, mengatakan perseroan telah menurunkan bunga deposito maksimum 7,75% atau setara dengan tingkat bunga penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

"Kami turunkan bunga, special rate kemarin kan 8%-9%," ucapnya.

Dia menyebut, tingkat bunga deposito diturunkan karena deposito perseroan berlimpah. Padahal, pertumbuhan kredit masih berjalan lamban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini