Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan People's Bank of China (PBoC) tidak akan melakukan devaluasi kembali pada mata uang yuan.
Direktur Eksekutif Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Juda Agung mengatakan meski bank sentral China tersebut mendevaluasi yuan, namun negara itu tidak terlalu senang apabila depresiasi yuan terlalu dalam karena intervensi mereka sangat besar di pasar valuta asing.
Dia menepis akan ada rencana PBoC kembali melakukan devaluasi yuan.
"No no no, Tiongkok kemarin dia mendevaluasi [yuan] sebenarnya masuknya one off mengikuti pasar kan. Tapi yang terjadi ekspektasi pasar itu berlebihan bahwa yaun akan depresiasi terus. Ini tidak disukai oleh Central Bank Of China (PBoC) oleh karena itu mereka intervensi cukup besar di pasar valas," ujar Juda di Gedung BI, Jumat (9/9/2015).
Intervensi besar yang dilakukan China untuk menjaga yuan agar tak terjatuh terlalu dalam. Hal itu terbukti dengan pengeluaran cadangan devisa yang diperkirakan hingga US$90 miliar.
"Mereka enggak suka depresiasi yang terlalu dalam," ucapnya.
Selain menggelontorkan cadangan devisa untuk menjaga nilai tukar yuan, China juga mengeluarkan ketentuan kepada bank-bank untuk menyediakan 20% dananya untuk disimpan di bank sentral China.
"Itu tidak diberikan bunga. Jadi itu mereka khawatir depresiasi ini. Dengan upaya China menahan depresiasi ini diharapkan yuan tidak akan terus depresi. Ini positif dampaknya bagi negara emerging market termasuk Indonesia," tutur Juda.
Bank Indonesia mengimbau agar masyarakat tak perlu khawatir. Pasalnya, bank sentral tetap terusmewaspadai semua kemungkinan yang akan terjadi meski China terus berupaya menahan mata uangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel