Risiko Dinilai Tinggi, Pertumbuhan Kredit Pertanian Lamban

Bisnis.com,15 Sep 2015, 19:30 WIB
Penulis: Abdalah Gifar
Lahan pertanian/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Berdasarkan data dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, perkembangan kredit perbankan untuk sektor pertanian di Jabar dari 2012 hingga 2015 menunjukkan peningkatan yang lamban, dengan porsi yang masih minim dari total pembiayaan bank.

Bank Indonesia (BI) Jabar mencatat penyaluran kredit pertanian di Tanah Priangan dalam tiga tahun meningkat hanya Rp1,8 triliun, dari penyaluran sebesar Rp5,5 triliun pada 2012 menjadi sebesar Rp7,3 triliun per Juli 2015.

Adapun penyaluran kredit secara keseluruhan berdasarkan data BI Jabar pada 2012-2015 melonjak lebih drastis, dari sebesar Rp336,3 triliun pada 2012 menjadi Rp507,3 triliun per posisi Juli 2015.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jabar Rosmaya Hadi mengatakan pihaknya mendorong pelaku industri perbankan untuk meningkatkan penyaluran kredit untuk sektor pertanian, di antaranya dalam bentuk kredit ketahanan pangan dan energi, kredit resi gudang, dan kredit kepemilikan gudang.

“Kredit yang disalurkan untuk proses pembenihan dan pembibitan relatif kecil, karena tingginya risiko dan banyaknya subsidi dari pemerintah pusat,” katanya kepada Bisnis, Selasa (15/9/2015).

Dia menuturkan beberapa kendala dan permasalahan seringkali dihadapi dari sisi petani, di antaranya terkait isu perkreditan yang belum menyentuh petani karena tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal.

“Dari studi World Bank pada 2010 dinyatakan bahwa separuh dari populasi Indonesia tidak memiliki akses ke lembaga keuangan formal dan seperlima sama sekali tidak memiliki akses jasa keuangan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini