IKM Pengimpor Bahan Baku di Bali Pangkas Keuntungan

Bisnis.com,16 Sep 2015, 15:59 WIB
Penulis: Feri Kristianto
Salah satu contoh produk industri kecil dan menengah (IKM)/Bisnis.com-Feri Kristianto

Bisnis.com, DENPASAR - Pengusaha skala kecil dan menengah di Bali yang mengandalkan bahan baku impor terpaksa menurunkan margin keuntungan agar dapat bertahan di tengah penguatan dolar Amerika Serikat.

‎Nyoman Ludra, Pemilik Wisnu Murti Tenun, mengatakan sejak kurs dolar AS naik, produsen menaikkan harga benang impor dari India untuk bahan baku tenun dari Rp600.000 menjadi Rp700.000 per pak. Menurutnya, kenaikan tersebut menyebabkan pelaku usaha harus menghitung ulang biaya operasional.

"Kami memutuskan menurunkan keuntungan dari biasanya 20% menjadi 15%, soalnya omset tidak mengalami kenaikan, tetapi pengeluaran naik," ujarnya, Rabu (16/9/2015).

Pemilik usaha tenun yang memiliki karyawan sebanyak 30 orang ini menyatakan setiap dolar AS mengalami peningkatan, pihaknya selalu menjadi korban produsen benang. Lantaran‎ ketika nilai dolar AS terhadap rupiah turun, produsen tidak mau menurunkan harga benang.

‎Andhika, pemilik CV Tarum Bali Sejahtera, menilai pengusaha tidak bisa menaikkan harga jual produk dalam kondisi seperti sekarang. Dia mengakui sejak 3 bulan lalu, omzet usahanya sudah turun mencapai Rp800 juta per bulan.

Walhasil, selain memilih untuk menurunkan profit, strategi lain untuk memaksimalkan penjualan dengan menciptakan kreasi produk.‎

Andhika mengaku sejak beberap bulan lalu memilih melayani pencelupan organik dari pelanggan. Menurutnya, sudah banyak reseller dari luar negeri mengirimkan pakaian yoga ke pihaknya untuk diwarnai secara organik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini