PENYELAMATAN BADAK SUMATRA: WCS Rekomendasikan 4 Hal

Bisnis.com,19 Sep 2015, 16:30 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Patung badak Jawa./intlrhinofoundation.wordpress.com

Bisnis.com, JAKARTA —  Wildlife Conservation Society (WCS) dan University of Massachusetts - Amherst (UMass) dalam hasil riset terbarunya merekomendasikan empat aksi penting untuk menyelamatkan badak sumatra dari kepunahan.

Peneliti WCS Wulan Pusparini berpendapat pada dasarnya perlu ditetapkan zona perlindungan insentif bagi habitat badak. Badak yang tersisa sekarang tidak bisa bertahan secara alami di luar Pulau Sumatra.

“Tetapkan lima Zona Perlindungan Intensif yang teridentifikasi untuk memastikan nihilnya perburuan melalui peningkatan penegakan hukum,” ucapnya dalam keterangan pers, Sabtu (19/9/2015).

Selain penetapan zona perlindungan ada tiga aspek lain, yaitu memastikan kelayakan zona tersebut dengan menganulir rencana pembangunan jalan baru. Proyek ini akan membelah taman nasional di Bukit Barisan Selatan dan bentang Leuser dan bisa mengganggu ekosistem badak.

Hal lain ialah mengonsolidasikan seluruh populasi yang kecil dan terpisah di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Namun, untuk melaksanakannya dibutuhkan dukungan politik yang kuat serta pendanaan yang tidak sedikit.

“[Rekomendasi keempat] dengan menyadari bahwa badak sumatra akan punah jika tidak ada upaya apapun yang secepatnya dilakukan. Ini akan seperti badak jawa terakhir di Vietnam pada 2010,” ucap Pusparini.

Sekitar 200  tahun lalu badak sumatra tersebar dari timur laut India hingga Kalimantan, jumlahnya sekitar puluhan ribu ekor. Berkat permintaan luar biasa tinggi atas cula badak untuk obat China tradisional, spesies ini populasinya susut pesat sampai kurang dari 100 ekor di alam liar.

Berdasarkan survei WCS yang mencakup 3 juta hektare diperkirakan sekarang badak hanya menempati 237.100 ha di bentang alam Leuser, 63.400 hektar di Taman Nasional Way Kambas dan 82.000 hektar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ini setara 13% dari total area yang disurvei.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Stefanus Arief Setiaji
Terkini