JURNALISME DESA: Begini Cara Warga Amed, Bali, Dokumentasikan Potensi Desanya

Bisnis.com,20 Sep 2015, 15:18 WIB
Penulis: Natalia Indah Kartikaningrum
Ilustrasi/smcmatrix.com-kennedybluecommunications.com

Kabar24.com, DENPASAR--Bisa jadi istilah Jurnalisme Desa adalah istilah baru yang belum dikenal sebagaimana orang mengenal Jurnalisme Warga atau Citizen Journalism.

Terlepas dari itu, apa yang dilakukan warga Amed, Kabupaten Karangasem, Bali, bisa disebut sebagai Jurnalisme Desa kalau terlalu berlebihan disebut sebagai tonggak awal munculnya Jurnalisme Desa di Bali, bahkan Indonesia.

Tengok saja apa yang dilakukan belasan warga Amed, Kabupaten Karangasem, Bali ini. Mereka mendokumentasikan desa secara mandiri melalui kegiatan Pelatihan Jurnalisme Warga yang bertema Nyegara Gunung.

Melalui kegiatan ini, warga mengidentifikasi potensi dan tantangan desa wisata perairan tersebut. Misalnya, tentang infrastruktur seperti kurangnya lampu penerangan, jalan rusak, sampah di darat dan laut, suka duka nelayan, dan lain sebagainya.

Suanda, Kepala Dusun Lebah mengungkapkan, salah satu hal yang ingin di kampanyekan adalah upaya petani garam mendapat sertifikasi geografis karena keunikan garam Amed.

"Garam Amed ini sedang menunggu sertifikasi indikasi geografis yang membuktikan bahwa garam desa kami istimewa," terang Kepala Dusun yang sekaligus sekaligus menjadi pengelola usaha peningkatan kualitas garam melalui rilis yang diterima Bisnis, Minggu (20/9/2015).

Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Karangasem, I Gde Ngurah Yudiantara mengatakan bahwa pihaknya akan mewadahi karya peserta kegiatan tersebut dalam website Kominfo.

"Saat ini semua sudah bawa ponsel dan bisa dianggap lebih penting dari pada dompet. Tentunya harus dimanfaatkan untuk menyebarkan informasi. Misalnya informasi bagaimana menjaga karang agar tidak rusak akibat diinjak wisatawan," paparnya.

Selain itu, dia juga berjanji mewadahi karya-karya pewarta warga ini dalam pameran pembangunan Karangasem tahun depan yang akan di koordinir oleh Kominfo.

Gde Ngurah menambahkan, proses pembangunan memang tersendat karena sampai bulan ke 8 ini penyerapan anggaran baru 30% sehingga berdampak ke warga.

Sementara itu, Perbekel Desa Purwakerthi, I Wayan Sentanu Artana menambahkan keterlibatan warga memajukan desa sangat penting.

"Kita tidak bisa menutup mata dan telinga tentang informasi. Pewarta warga ini merupakan peluang untuk memajukan desa," jelasnya.

Dia menambahkan, contohnya seperti Ni Wayan Sepi, remaja desanya yang beberapa tahun lalu terkenal karena membuat foto tentang kondisi rumahnya dan memenangkan lomba foto internasional di Belanda.

Dia dan keluarganya kemudian diboyong ke Belanda dan akhirnya membuat buku tentang pengalamannya.

Kini, Sepi sudah bekerja setelah awalnya merasa tak mampu mengakses pendidikan tinggi dan keahlian menulis.

Kegiatan pelatihan jurnalisme tersebut diikuti oleh peserta dengan latar belakang yang beragam seperti nelayan, guru PAUD, pelajar, guide, dan lain sebagainya.

Oleh karena itu warga bisa lebih tajam dan jernih dalam menuliskan persoalan desa dalam bentuk tulisan atau foto. Rangkaian pelatihan ini dilaksanakan oleh pihak desa, Sloka Institute, Conservation International Indonesia, dan AJI Denpasar.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini