Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan pembiayaan PT Al Ijarah Indonesia Finance berencana menunda kemitraan strategis dengan anak usaha Islamic Bank Development pada tahun ini.
Krisdianto Soedarmono, Head of Marketing Alif Cicilan Syariah mengatakan proses due diligence dengan Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD) tersebut memakan waktu yang cukup lama dari yang diperkirakan pihaknya.
“Proses due diligencenya butuh setahun sementara Alif harus ada capital injection untuk grow tahun ini,” katanya (25/9/2015).
Meski demikian, Krisdianto mengatakan pihaknya masih membuka kemungkinan bermitra dengan ICD setelah tahun ini.
“Bukan enggak jadi gandeng ya, ada kemungkinan (untuk tidak bermitra tahun ini),” katanya.
Adapun, Krisdianto enggan memerinci sejumlah investor yang melakukan due diligence saat ini setelah ICD diyakini tidak akan menjadi pemegang saham baru.
“Kalau investor lokal atau bukan lokal belum bisa disampaikan saat ini ya,” ujarnya.
Alif berencana melakukan right issue sebanyak 125 juta lembar saham pada akhir tahun ini untuk membiayai modal kerja serta ekspansi ke sektor UMKM dan KPR tahun depan.
Iman Budi Utama, Direktur Keuangan dan Operasional Alif Cicilan Syariah mengatakan perseroan dipastikan akan memiliki pemegang saham baru dalam right issue tersebut.
Pasalnya, ketiga pemegang saham saat ini, yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Boubyan Kuwait dan Alpha Lease and Finance Holding BSC Bahrain tidak akan berpartisipasi dalam right issue tersebut.
“Jadi akan ada saham dari pemegang saham yang terdelusi,” ujarnya.
Saat ini, porsi ketiga pemegang saham tersebut sama besar yakni masing-masing 33,3% dari total kepemilikan Alif.
Rencananya, sebanyak 30% dana right issue akan digunakan untuk memperkuat pembiayaan Alif di sektor UMKM dan KPR, sedangkan 70% sisanya untuk modal kerja lainnya pada tahun depan.
Tahun depan, Alif berencana menaikkan volume pembiayaan menjadi 30%-40% dari realisasi tahun ini. Adapun, realisasi pembiayaan tahun ini diperkirakan akan meleset dari target Rp1 triliun akibat dampak perlambatan ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel