KERACUNAN KABUT ASAP: Ini SMS Berantai Warga Riau ke Menkes dan Kepala Staf Kepresidenan

Bisnis.com,27 Sep 2015, 18:00 WIB
Penulis: Anugerah Perkasa
Sejumlah pekerja memperbaiki pembatas jalan ketika kabut asap pekat menyelimuti Kabupaten Siak, Riau, Selasa (15/9/2015)./Antara-FB Anggoro

Kabar24.com, JAKARTA-- Warga Provinsi Riau mengirimkan pesan pendek kepada Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki dan Menteri Kesehatan Nila Moeloek untuk meminta Oxycan karena masker tak lagi berfungsi menangkal polusi udara akibat asap.

Made Ali, salah seorang warga Pekanbaru, Riau, menyatakan kabut asap sudah menyelimuti masyarakat dengan Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) di level berbahaya. Dia menuturkan masker tak lagi layak dalam kondisi tersebut. Made sendiri menyatakan dirinya sakit setelah terpapar kabut asap di Riau selama sebulan terakhir.

"Kami butuh Oxycan dan oksigen portable dibagikan secara gratis, termasuk obat-obatan yang layak," kata Made dalam SMS yang dikirimkan ke Teten Masduki dan Nila Moeloek, Minggu (27/9/2015).

Dia menuturkan pihaknya meminta Teten dan Nila datang ke Sumatra dan Kalimantan untuk melihat korban asap akibat pembarakan hutan dan lahan gambut. Made memaparkan keduanya agar jangan berdiam diri di Pulau Jawa saja. Pesan pendek itu juga dikirimkan secara berantai kepada kedua pejabat tersebut.

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan masyarakat pada lima provinsi yang terpapar bencana asap akibat pembakaran hutan dan lahan siap menggugat negara dan korporasi terkait dengan kelalaian negara menyelesaikan persoalan tersebut dalam 18 tahun terakhir.

Lima provinsi yang tengah mengalami kabut asap akibat pembakaran lahan itu berada di dua pulau besar yakni Sumatra dan Kalimantan. Mereka adalah Jambi, Riau dan Sumatra Selatan, sedangkan lainnya adalah Kalimantan Tengah, serta Kalimantan Barat.

Organisasi itu menyatakan penanganan terhadap kebakaran hutan dan lahan selalu dilakukan melalui pendekatan serupa tiap tahunnya. Hal itu, menyebabkan bencana kabut asap selalu terjadi.

Selain itu, Walhi memaparkan, sebagian besar titik api berada di wilayah konsesi perusahaan, yakni hutan tanaman industri maupun perkebunan sawit serta pertambangan.

Walhi menyatakan tidak ditanganinya pembakaran asap, mengakibatkan kerugian seperti terjadi pada kesehatan kelompok rentan, yakni anak-anak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini