Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan reasuransi lokal diharapkan dapat menampung seluruh pertanggungan ulang asuransi pertanian guna meningkatkan kapasitas reasuransi lokal dalam negeri.
Yasril Y. Rasyid, Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mengatakan salah satu perusahaan reasuransi terbesar dari luar negeri sempat menyatakan ketertarikannya untuk menjadi reasuradur program yang digagas pemerintah itu.
“Swiss Re sudah menawarkan jasanya. Namun, sebaiknya ini semua dilakukan oleh perusahaan reasuransi lokal untuk optimalisasi kapasitas reasuransi dalam negeri,” katanya, seperti dikutip Bisnis, Senin (5/10/2015).
Yasril mengatakan peningkatan kapasitas reasuransi sesuai dengan rencana regulator untuk meningkatkan kapasitas reasuransi dalam negeri. Aturan tersebut diperkirakan akan terbit pada bulan ini.
Dia mengatakan potensi pertanggungan ulang dari asuransi pertanian cukup prospektif meskipun pada awalnya hanya menanggung 1 juta ha dengan limit Rp150 miliar pada tahun ini.
“Tapi kan masih ada sisa 12 juta ha dan kemungkinan akan diperbesar terus tahun-tahun selanjutnya, apabila semuanya kami serap ini sangat mendukung rencana aturan [peningkatan kapasitas] itu,” katanya.
Yasril yang juga Direktur Utama PT Reasuransi Maipark Indonesia mengatakan perusahaannya tengah menjajaki kemungkinan menjadi reasuradur dari konsorsium asuransi yang dipimpin oleh PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) tersebut.
Meskipun dikenal sebagai reasuradur gempa bumi, dia mengatakan risiko asuransi pertanian masuk dalam kategori risiko khusus yang juga bisa ditangani oleh perusahaanya.
Frans Y. Sahusilawane, Direktur Utama Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re) mengatakan premi reasuransi yang diserap luar negeri mencapai Rp23 triliun atau sekitar 70% dari premi reasuransi nasional saat ini.
Nilai premi reasuransi yang akan mengalir ke luar negeri berpotensi meningkat hingga Rp64 triliun pada 2019 jika pelaku reasuransi dalam negeri tidak mengoptimalisasikan kapasitas yang ada.
“Kalau tidak dilakukan apa-apa proyeksinya 2016-2019 nilai total mencapai Rp200-an triliun dengan defisit neraca pembayaran Rp60 triliun,” katanya belum lama ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel