Bisnis.com, JAKARTA – Menguatnya nilai tukar dollar Amerika Serikat membuat sejumlah multifinance mengurangi porsi pinjaman luar negeri akibat biaya hedging yang meroket.
Gunawan, Wakil Presiden Direktur PT Indomobil Finance Indonesia (IMFI) mengatakan pihaknya lebih memilih mencari pendanaan dari lembaga keuangan domestik dengan kondisi dollar saat ini.
Dia mengatakan pihaknya baru saja menyelesaikan kerjasama pinjaman senilai Rp1,25 triliun dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Central Asia Tbk. dan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).
“Orientasi funding kami saat ini lebih ke onshore [pinjaman dalam negeri], mengingat harga hedging/swap sedang tinggi saat ini kalau menggunakan funding offshore [pinjaman luar negeri],” katanya seperti dikutip Bisnis.com, Selasa (6/10/2015).
Juli lalu, IMFI mendapatkan pinjaman sindikasi bank asing senilai US$ 300 juta. Pinjaman sindikasi itu berasal dari 24 bank asing dan oversubscribed 3x dari jumlah yang ditawarkan.
Meski demikian, Gunawan mengatakan pihaknya belum menggunakan semua dana pinjaman itu karena masih menunggu harga swap/hedging lebih kompetitif dari pinjaman lokal.
“Apabila lebih baik dibandingkan dengan on shore baru akan dipakai. Tetap, di policy kami pinjaman valas harus hedging seluruhnya,” katanya.
Gunawan mengatakan komposisi pinjaman luar negeri IMFI berubah setiap bulannya. Saat ini, pinjaman luar negeri mencapai 25-30% dari total outstanding.
“Dan komposisi selanjutnya tergantung harga/premi swap itu. Kami bandingkan total cost antara offshore dan onshore,” ujarnya.
Jerry Fandy, Head of Treasury Funding PT Federal International Finance (FIFGroup) mengatakan tingginya cost yang dikeluarkan untuk hedging membuat pinjaman asing FIFGroup melorot dari US$1 miliar sepanjang tahun lalu menjadi sekitar US$200 juta-300 juta tahun ini.
Dia mengatakan pendanaan tahun depan tergantung dengan nilai tukar dollar AS karena sangat berdampak pada biaya hedging pinjaman.
“Untuk pendanaan tahun depan kami belum final. Namun akan tergantung dolar karena kalaupun mau sindikasi kami akan pertimbangkan biaya hedgingnya yang jadi terlalu mahal karena pergerakan dollar,” jelasnya.
Saat ini, Jerry mengatakan pinjaman luar negeri berkontribusi terhadap 40% dari total outstanding FIF, penerbitan obligasi 25%, joint financing 20%, sedangkan 15% lainnya dari pinjaman lain termasuk bank lokal.
Jerry mengatakan pihaknya akan meningkatkan porsi selain pendanaan dari luar negeri apabila biaya hedging masih belum kompetitif.
“Saat ini saja kami baru issue obligasi. Lalu kami akan diversifikasi ke joint financing dan local bank, mungkin pendanaan dari situ meningkat,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel