Perluas Pasar Lewat Inovasi Produk Olahan Labu Kuning

Bisnis.com,07 Okt 2015, 17:50 WIB
Penulis: Ropesta Sitorus
Produk geplak yang dibuat Slamet menjadi primadona. Selain itu, dia juga membuat produk olahan lain dari waluh seperti pia, eggroll, emping, stik, sirup, wingko, antari atau kembang goyang, kwaci, dan keripik.

Slamet merogoh modal Rp500.000 untuk membeli perlengkapan wajan besar, gula pasir, kelapa dan bahan baku waluh dari petani. Lewat berbagai proses uji coba yang panjang, dia berhasil menemukan formula pembuatan geplak waluh.

Inovasi geplak waluh yang dia buat tak langsung diterima pasar karena citra labu kuning memang dianggap sebagai makanan yang kurang enak.Tetapi setelah mencicipi, banyak konsumen yang mengaku tidak percaya bahwa produk tersebut terbuat dari waluh.

Saat ini, produk geplak yang dibuat Slamet masih menjadi primadona yang paling diminati pelanggan. Selain itu, dia juga membuat produk olahan lain dari waluh seperti pia, eggroll, emping, stik, sirup, wingko, antari atau kembang goyang, kwaci, dan keripik.

Harga jual yang dibanderol berbeda-beda, tergantung jenis dan ukuran kemasannya dengan variasi mulai Rp10.000 hingga Rp80.000. Misalnya, untuk geplak isi 20 butir dijual Rp10.000, sedangkan isi 0,5 kilogram dijual Rp20.000.

Dibantu oleh istri dan lima karyawannya, setiap bulannya dapur produksinya menghasilkan sekitar 600 kilogram geplak, 400 kilogram stik, 600 kilogram emping waluh, 400 kilogram eggroll dan 13.000 butir pia.

Hingga kini, semua bahan baku masih dipasok dari petani setempat dengan kapasitas 6 kwintal per bulan.

“Dengan menumbuhkan industri kecil menengah pangan maka petani waluh bisa meningkat pendapatannya. Selain itu kami olahan waluh ini menjadi makanan khas dan oleh-oleh dari kampung wisata Kopeng yang ada di Getasan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
  3. 3
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bastanul Siregar
Terkini