KURS RUPIAH 7 Oktober: Berpeluang Lanjutkan Penguatan, Ini Pendukungnya

Bisnis.com,07 Okt 2015, 15:32 WIB
Penulis: Surya Rianto
Ilustrasi seorang pegawai bank tengah menghitung penukaran uang rupiah dengan dolar AS/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah menguat paling tinggi di emerging market pada perdagangan hari ini. Sokongan data defisit neraca perdagangan Amerika Serikat yang semakin memburuk menjadi penggerak utama penguatan rupiah.

Pada perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah menguat sebesar 3,49% menjadi Rp13.744 per dolar AS dengan kurs tengah Bank Indonesia (BI) Rp14.065.

Deddy Yusuf Siregar, analis PT Fortis Asia Futures, mengatakan para investor akan kembali ke emerging market setelah melihat peluang kenaikan suku bunga semakin menipis. Pasalnya, data ekonomi anyar Amerika Serikat (AS) yang dirilis kemarin juga memburuk.

"Pelebaran defisit neraca perdagangan AS sangat besar dengan begitu investor mencari tempat lindung nilai yang aman yaitu emas serta kembali ke emerging market," ujarnya  kepada Bisnis.com pada Rabu (7/10/2015).

Pada Selasa kemarin, data neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) untuk September mengalami peningkatan defisit sebesar 15,27% menjadi US$48,1 miliar dibandingkan dengan Agustus senilai US$41,9 miliar.

Ini melengkapi paket data ekonomi AS pada bulan September yang buruk. Terakhir, data non-farm payroll AS untuk September yang memburuk jadi 142.000 dibandingkan dengan Agustus 173.000.

Dengan buruknya data ekonomi AS itu, peluang kenaikan suku bunga Federal Reserve (the Fed) pada tahun ini semakin mustahil.

Di sisi lain, Toni Prasetiantono, Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) menilai penguatan rupiah ini wajar karena depresiasi yang terjadi beberapa  bulan lalu membuat nilai rupiah terlalu undervalued. "Saatnya rupiah kembali ke kisaran yang objektif sesuai fundamentalnya," ujarnya.

Nilai tukar rupiah diperkirakan seharusnya berada di kisaran Rp12.500 sampai Rp12.600 jika melihat kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini.

Perkembangan data defisit transaksi berjalan yang terus menyusut sejak Juni 2013 harusnya menjadi sentimen positif untuk rupiah. Sampai kuartal kedua kemarin, defisit transaksi berjalan Indonesia mengerucut senilai US$4,5 miliar dibandingkan dengan kuartal II/2014 US$9,6 miliar. Sebelumnya pada kuartal II/2013 defisit transaksi berjalan Indonesia senilai US$10,1 miliar.

Barclays Plc. pun memproyeksikan tren defisit transaksi berjalan Indonesia akan terus menyempit sampai akhir tahun ini menjadi 2,4% dibandingkan dengan tahun lalu 3,1%.

Poin-poin pokok penyebab penguatan rupiah:

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini