G20 Soroti WTO & KTT Nairobi, Ini yang Jadi Masalah

Bisnis.com,09 Okt 2015, 15:23 WIB
Penulis: Muhammad Avisena

Bisnis.com, JAKARTA – Perundingan WTO dan persiapan menuju Konferensi Tingkat Menteri (KTM) ke-10 di Nairobi, Kenya, mendapat sorotan khusus di G20 Trade Ministers Meeting 2015, di Istanbul, Turki.

Para menteri mendukung langkah Direktur Jenderal WTO Roberto Azevedo dan Menteri Perdagangan Kenya Aminah Muhammad untuk memfasilitasi perumusan naskah hasil perundingan mengenai beberapa isu Doha Development Agenda (DDA) yang mungkin disepakati di Nairobi.

Sementara Menteri Perdagangan Thomas T. Lembong memberikan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat mendorong anggota WTO mencapai Kesepakatan Nairobi yang dapat membantu pemulihan reputasi WTO di dalam negeri masing-masing anggota.

Menurut Thomas, anggota WTO perlu melihat permasalahan lebih luas agar dapat diterima semua pihak dan disepakati sebagai hasil Nairobi dan program kerja pasca-Nairobi.

“Kesepakatan ini harus mencakup isu LDCs (less-developed countries) dan agenda pembangunan yang lebih luas dari LDCs, special products (SP) dan special safeguard mechanism (SSM) di bidang pertanian, serta beberapa isu lain yang menjadi penyeimbang (balancing ingredients),” ujarnya dalam siaran pers, Kamis (8/10/2015).

Pembahasan isu-isu WTO ini berjalan sangat alot, sehingga anggota WTO benar-benar harus bekerja keras agar dapat mencapai titik temu menjelang Pertemuan Nairobi guna menghasilkan Deklarasi Menteri.

Direktur Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi menyebutkan, ada prospek bagi tercapainya kesepakatan atas tiga isu, yaitu export competition, paket pembangunan/LDCs, dan transparansi.

 “Beberapa isu yang masih alot dibahas termasuk domestic support dan SP-SSM. Sementara itu, beberapa negara maju terus menuntut adanya kesepakatan atas beberapa isu sektoral seperti information technology agreement dan environmental goods,” tambah Bachrul Chairi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bastanul Siregar
Terkini