Bankir Masih Enggan Potong Suku Bunga Dasar Kredit

Bisnis.com,14 Okt 2015, 12:26 WIB
Penulis: Destyananda Helen
Ilustrasi./

Bisnis.com, JAKARTA—Kendati bank sentral memproyeksikan bunga kredit bakal turun di kuartal IV/2015 sejalan dengan pemangkasan bunga dana, tapi bankir nampaknya masih enggan menggeser posisi suku bunga dasar kredit.

Dari Survei Perbankan Triwulan III/2015 yang dipublikasikan Bank Indonesia (BI) menunjukkan ada peluang untuk penurunan suku bunga kredit.

“Seiring dengan penurunan suku bunga dana, rata-rata suku bunga kredit rupiah pada triwulan IV/2015 juga diperkirakan menurun,” tulis bank sentral yang dikutip Bisnis.com, Rabu (14/10/2015),

Namun, di sisi lain, para bankir masih enggan menurunkan suku bunga dasar kredit (SBDK) dari posisi dua digit kendati bunga dana telah dipangkas hingga ke level satu digit. Bankir juga lebih memilih opsi penurunan bunga kredit lewat program promosi yang hanya berlaku dalam periode tertentu dibanding mengubah suku bunga dasar kredit (SBDK) secara massal.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Maryono menuturkan perseroan telah memangkas suku bunga dana mencapai 100 basis poin (bps). Selain itu, emiten berkode saham BBTN ini pun gencar melakukan efisiensi guna menjaga laba yang dihimpun.

Namun, lanjut Maryono, penurunan biaya tersebut belum bisa menekan turun level SBDK perseroan. Pasalnya, menurut dia, portofolio aset BTN yang didominasi kredit pemilikan rumah (KPR) dalam jangka panjang, membuat perseroan masih harus mempertimbangkan beberapa hal termasuk risiko pinjaman. “Sehingga kami belum bisa bilang akan turun [SBDK], tapi sedang dikaji,” jelas Maryono.

Maryono mengungkapkan pihaknya lebih memilih menggelar program promosi untuk menawarkan bunga sebesar satu digit.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja menuturkan perusahaan telah 8 kali menurunkan bunga deposito sebesar 25 bps. Dengan pemangkasan tersebut, kata Jahja, biaya dana bank swasta terbesar di Indonesia ini pun kian terkoreksi.

Meski demikian, Jahja mengungkapkan perusahaan yang dipimpinnya tak lantas memangkas SBDK secara masal. Emiten berkode saham BBCA ini lebih memilih menurunkan SBDK untuk segmen tertentu.

“Untuk KPR sudah kami turunkan dari 11% ke 8,88%. Untuk segmen usaha kecil dan menengah, kami juga berikan wewenang kepada pimpinan wilayah agar menurunkan bunga secara selektif sebesar 1,5%,” jelas Jahja.

Sementara itu, Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk. Taswin Zakaria mengatakan komponen penentu biaya likuiditas sangat bergantung pada perkembangan suku bunga di pasar. Kemudian, lanjut dia, dalam penentuan bunga kredit pun perlu memperhitungkan komponen marjin risiko yang tak lepas dari kondisi pasar.

“Penentuan bunga kredit pun tak lepas dari risk margin yang diberikan untuk Indonesia. Jadi untuk mengubah bunga ini tak hanya bank yang sampaikan, tapi perlu kerja sama dengan stake holder lain,” jelas Taswin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini