EDUKASI DUIT: Berlomba Melawan Kenaikan Harga Properti

Bisnis.com,22 Okt 2015, 06:48 WIB
Penulis: Goenardjoadi Goenawan
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Ada 5 masalah utama mengapa masyarakat Indonesia kesulitan menghadapi kapitalisme. Kalau kita lihat masyarakat Indonesia berbeda-beda namun kelihatan bahwa mayoritas menghadapi kesulitan ekonomi di jaman kapitalisme. Mengapa?

1. Selama ratusan tahun diajarkan keikhlasan tanpa pamrih. Pamrih itu jelek, jadi masyarakat Indonesia bermula dari perdagangan tanpa pamrih. Jadi kalau misalnya tukang mangga ditanya berapa harga nya sekeranjang? Dia menjawab, "seikhlasnya, Bu".
Dulu menawar itu namanya matung. Misalnya kita gak punya uang kita bilang "matung" bukan beli. Itu campuran antara maaf uang saya tidak cukup untuk membayar, namun saya memerlukannya sedikit, misalnya bawang merah 3 biji.

2. Prinsip kapitalisme membuat segalanya menjadi dihitung value. Biar kata merica kalau di London seharga emas. Kok bisa? Terserah pedagangnya. Pedagangnya dari Selat Malaka naik kapal ke Dubai. Setelah itu lewat padang gurun ke Istanbul. Naik kuda ke Hongaria, Rumania, sampai di Eropa bawa merica. Berapa harganya? Sudah untung Anda tidak hilang ditelan badai pasir.

3. Oleh karena itu Belanda menimbun harta setinggi mungkin dari buah pala, cengkeh, dulu perang Inggris lawan Belanda memperebutkan pulau kecil di Ternate. Bagaimana rakyat Indonesia menghadapi kapitalisme?

Boro-boro mencerna trading dan value of goods, masyarakat melihatnya sebagai kolonialisme, perbudakan, imperialisme, penjajahan. Bagaimana sekarang?

4. Kapitalisme itu artinya kapital. Kalau anda punya kapital, anda bebas. Seperti paspor Anda bebas. Bila tidak punya kapital anda harus kerja rodi, mau memilih buruh tani tebu demi corporation gula, atau buruh rel kereta api. Keduanya tidak bisa memiliki posisi tawar bargaining power. Sejak itu perbudakan dihapus. 

Dulu ukurannya tanah. Misalnya ada orang menguasai tanah seluruh Depok. Jadi seluruh Depok milik dia, yang lain mengontrak. Kalau tidak ya harus jadi buruh. Buruh aja dicari paling murah dari Bali.

Sekarang sama saja, namanya ganti agunan. Dulu ukurannya tanah seluas Depok. Sekarang namanya developer. Jadi misalnya tanah di kampung cisauk kadang sertifikat tidak ada. Namanya dulu kampung seberang. Menyeberangi sungai besar Cisadane. Alhasil developer menata dan membuat sertifikat harganya kalau di kampung tanah girik Rp1 juta-Rp2 juta per meter dari developer jadi Rp8 juta-Rp10 juta. Kok bisa? Ya kalau mau yang launching baru harganya Rp15 juta. Yang di Hong Kong Land lebih tinggi lagi harganya.

Jadi masyarakat Indonesia seperti mengalami pertandingan lari melawan kelinci, tikus, kuda sedangkan dirinya kura-kura. Pertandingan spekulasi properti inilah inti fundamental kapitalisme.

5. Oleh karena itu pemerintah harus melakukan pembatasan harga. Kalau di Jogjakarta harga tanah tidak bisa mahal. Karena sepanjang Malioboro bebas menyewa murah tanah Sultan. Ini namanya konsep buffer. Penyangga. Harus ada penyangga batas harga. Oleh karena itu di Jogjakarta harga makanan gudeg murah, most murah, naik becak murah, solo juga terimbas dengan harga tengkleng murah, industri pendidikan marak. Fundamentalnya dari buffer agraria.

Penulis
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang", "Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis" yang baru terbit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini