Bisnis.com, KUALA LUMPUR--Bank Sentral Malaysia mempertahankan tingkat suku bunga dalam pertemuan ke delapan sebagai bagian dari upaya para pembuat kebijakan untuk menyikapi risiko terhadap pertumbuhan ekonomi.
Dalam sebuah konfernesi pers Kamis (5/11/2015), Bank Negara Malaysia mempertahankan suku kebijakan suku bunganya pada level 3,25%. Keputusan ini sesuai dengan perkiraan 21 ekonom yang disurveni oleh Bloomberg News.
Sejauh ini, Perdana Menteri Najib Razak mengandalkan permintaan domestik untuk menopang ekonomi untuk menyiasati penurunan pertumbuhan global. Dia juga berjanji untuk meningkatkan konsumsi, memacu investasi swasta dan mempercepat proyek-proyek infrastruktur tahun depan.
Di saat yang bersamaan, mitra dagang terbesar Malaysia yakni China dan Singapura melakukan kebijakan pelonggaran moneter dalam beberapa pekan terakhir sehingga ringgit terdepresiasi sekitar 19 % tahun ini.
“Risiko Pertumbuhan menjadi perhatian utama sekarang, meskipun kami telah melihat meningkatnya biaya akhir-akhir ini. Proyeksi kami bank sentral akan menahan suku bunga setidaknya sampai semester pertama tahun depan.,” kata Julia Goh, Ekonom United Overseas Bank Ltd.
Pada perdagangan Kamis, mata uang ringgit turun 0,7% menjadi 4,2965 dolar AS. Sementara itu produk domestik bruto diperkirakan oleh pemerintah bisa ditingkatkan dari 4% menjadi 5% pada 2016, dibandingkan dengan peningkatan 5,5% tahun ini. Inflasi diproyeksikan naik 2% menjadi 3% tahun depan, dibandingkan dengan 2% menjadi 2,5% pada 2015.
Sejauh ini, ekonomi Malaysia tumbuh 4,9% pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, meningkat setidaknya dalam hampir dua tahun terakhir setelah pajak konsumsi baru menahan pengeluaran pribadi. Menurut informasi. pemerintah akan merilis angka PDB untuk kuartal ketiga pada 13 November
Bulan lalu, Gubernur Bank Sentral Zeti Akhtar Aziz mengatakan pertumbuhan diyakini bisa menahan perlambatan karena tekanan ekonomi global dari ancaman inflasi sebesar 4,8% tahun ini. Sementara itu Menteri Perdagangan Mustapa Mohamed mengatakan perlambatan di China telah mempengaruhi pesanan ekspor dan pemerintah tidak akan mampu memenuhi target perdagangan tahun ini.
Tekanan inflasi dipercaya dapat meningkat dalam beberapa bulan mendatang. Malaysia telah menjadwalkan rencana menaikkan tarif untuk layanan kereta api di sekitar Kuala Lumpur pada Desember setelah 12 tahun tidak mengalami perubahan tarif.
Rencana itu dipercaya akan menambah biaya hidup setelah pemerintah menaikkan tarif jalan tol dan rokok. Pemerintah juga meningkatkan pajak barang dan jasa sebesar 6% dan dilaksanakan pada April karena pemerintah berusaha untuk memotong ketergantungan negara pada pendapatan dari sektor minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel