IEP: Korban Teroris Naik Tajam, Fundamentalis Islam Bukan Penyebab Utamanya

Bisnis.com,18 Nov 2015, 14:42 WIB
Penulis: John Andhi Oktaveri
Dylann Storm Roof (tengah) pelaku penembakan di Gereja Emanuel, Charleston, Carolina Selatan/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Kerugian akibat tindakan teroris terhadap ekonomi global mencapai rekor US$52,9 miliar selama 2014 atau naik 61% dari angka tahun sebelumnya sebesar US$32,9 milar, menurut sebuah hasil penelitian.

Menurut hasil penelitian Global Terrorism Index (GTI) yang dilakukan Institute for Economics and Peace (IEP), nilai tersebut naik 10 kali lipat sejak tragedi 911yang menghancurkan Twin Tower World Trade Center Amerika Serikat pada 2001.

Menurut data tersebut, jumlah korban nyawa akibat tindakan teroris naik 80% pada 2014 sekaligus mencapai rekor tertinggi dengan jumlah korban 32.658 orang. Sedangkan pada 2013 korban nyawa hanya 18.111 orang.

Satu hal yang menarik adalah hasil penelitian itu menunjukkan bahwa mayoritas korban nyawa akibat ulah teroris tidak terjadi di negara Barat. Kecuali tragedi 911, hanya 0,5% korban nyawa terdapat di negara Barat sejak tahun 2000. Jika dimasukkan angka korban nyawa kejadian 911 maka persentasenya mencapai 2,6%.

Selain itu, ternyata kelompok fundamental Islam bukanlah penyebab utama aksi teroris di negara Barat. Pelakunya adalah mereka yang bertindak sendiri, terutama dari kelompok ekstremis sayap kanan dan kaum nasionalis. Selain itu tindakan itu terutama disulut sentimen anti pemerintah serta ekstremis politik dan kelompok supremasi lainnya.

“Mereka merupakan penyulut aksi teror di negara Barat yang menyebabkan 70% dari korban tewas dalam 10 tahun terakhir,” menurut dokumen temuan itu sebagaimana dikutip situs Asiaone.com, Rabu (18/11/2015).

Executive Chairman IEP, Steve Killelea mencatat bahwa penyulut aksi teror berbeda di negara maju dan negara berkembang.

Di negara Barat, faktor sosial ekonomi seperti pengangguran dan kasus narkoba berkorelasi dengan aksi mematikan itu. Sedangkan di negara berkembang penyebabnya adalah akibat konflik, korupsi dan pelanggaran hukum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini