RSPO Nilai Standar Sawit RI-Malaysia Sulit Dijalankan

Bisnis.com,18 Nov 2015, 11:47 WIB
Penulis: Newswire
Standar tunggal sawit dinilai sulit dijalankan./JIBI

Bisnis.com, JAKARTA- Asosiasi pemangku kepentingan industri minyak kelapa sawit Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menilai standar tunggal sawit berkelanjutan yang diinisiasi Indonesia dan Malaysia sulit dijalankan.

Wakil Presiden Dewan Gubernur RSPO Edi Suhardi, yang mewakili pekebun sawit di Indonesia, menilai harmonisasi hukum terkait sertifikasi standar minyak kelapa sawit Indonesia dan Malaysia tidak akan mudah dilakukan.

"Standar bisnis industri itu mudah, tapi kalau bicara tentang menyinkronkan hukum, kan tidak bisa," katanya di sela Pertemuan RSPO ke-13 di Kuala Lumpur, seperti dikutip Antara, Rabu (18/11/2015).

"Contohnya, Indonesia mungkin bisa lebih transparan untuk serahkan peta elektronik. Tapi kalau Malaysia kan dilindungi undang-undang kerahasiaan," katanya.

Indonesia dan Malaysia sepakat membentuk Dewan Negara Produsen Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) serta menyusun standar tunggal sawit berkelanjutan.

Kesepakatan itu merupakan tindak lanjut dari pertemuan di Bogor pada 11 Oktober 2015 antara Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Najib Razak guna menghadapi hambatan di pasar sawit dunia. Kedua negara menguasai 85% di antaranya.

Kedua negara sedang membentuk satuan tugas untuk harmonisasi standar industri kedua negara. Upaya itu ditujukan untuk mensejahterakan para petani kelapa sawit kecil di Indonesia maupun Malaysia.

"Sertifikat regional ini bisa bekerja atau tidak, tergantung pemerintahnya," kata Edi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Linda Teti Silitonga
Terkini