Bisnis.com, JAKARTA – Dua calon investor asal China tengah menjajaki pendirian perusahaan pembiayaan di Indonesia dengan cara bermitra dengan perusahaan lokal.
Efrinal Sinaga, Sekjen APPI mengatakan ketertarikan dua perusahaan itu menambah daftar perusahaan yang berencana mengajukan izin ke Otoritas Jasa Keuangan terkait pendirian multifinance.
Saat ini, Efrinal mengatakan ada dua calon investor asal China, tiga calon investor asal Jepang dan satu calon investor asal Korea yang berencana mendirikan dan mengakuisisi perusahaan pembiayaan di Indonesia.
“Yang baru ada dua calon investor China, mereka awalnya tertarik di sektor otomotif. Namun, setelah kami jelaskan situasi saat ini, mereka jadi meminati sektor maritim,” katanya kepada Bisnis.
Efrinal mengatakan dua calon investor asal China tersebut bergerak dalam bidang perdagangan dan logistik di negaranya.
Dia mengatakan keduanya melihat Indonesia sebagai pasar yang berkembang, sehingga mengungkapkan ketertarikannya untuk mendirikan perusahaan multifinance.
Namun, Efrinal mengatakan dengan penjualan kendaraan yang menurun dan sejumlah Agen Tunggal Pemegang Merk (ATPM) telah dikuasai oleh sejumlah multifinance besar, maka peluang besar berada di sektor baru, seperti maritim dan UMKM.
Adapun, dia mengatakan empat perusahaan berencana mendirikan perusahaan baru sedangkan dua perusahaan tertarik untuk mengakuisisi perusahaan yang sudah ada. Dari jumlah calon yang tertarik akusisi, satu perusahaan berasal dari Jepang dan satu perusahaan Korea.
“Kalau perusahaan Jepang mereka kemungkinan masih bermain di leasing, terutama untuk sektor infrastruktur yang saat ini tengah dikedepankan pemerintah,” katanya.
Meski demikian, dia mengatakan proses pendirian multifinance tergantung pada keputusan internal calon investor dan pemrosesan izin di OJK.
“Kembali lagi ke mereka dan tergantung situasi [perekonomian] tahun depan,” katanya.
Heru Juwanto, Direktur Kelembagaan dan Produk Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK mengatakan ada pendekatan calon investor asal Jepang, Korea dan China, namun masih dalam tahap pengenalan terhadap bisnis multifinance.
“Masih cair, bertanya-tanya tentang bisnis. Untuk China Hongkong kemarin sempat datang tapi baru courtesy saja,” katanya.
Sampai September 2015, OJK mencatat jumlah perusahaan pembiayaan mencapai 202 perusahaan dengan catatan satu perusahaan baru mendapatkan izin pada periode itu.
Hingga triwulan III/2015, outstanding pembiayaan hanya tumbuh 2,03% menjadi Rp371,5 triliun. Dari jumlah itu, peningkatan pembiayaan konsumen hanya 0,95% menjadi Rp246,2 triliun.
Di sisi lain, laba merosot 21,5% menjadi Rp10,5 triliun. Sejak tahun lalu, OJK menerbitkan POJK no.29/2015 tentang Penyelenggaran Perusahaan Pembiayaan yang memperluas segmen pembiayaan, termasuk maritim dan multiguna guna mengalihkan portofolio perusahaan yang masih bergantung dengan segmen otomotif dan leasing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel