Asuransi Umum Andalkan Segmen Ritel

Bisnis.com,06 Des 2015, 16:57 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Asuransi/orixinsurance.com

Bisnis.com, MANADO--Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Sulawesi Utara memprediksi pertumbuhan pendapatan premi bruto hanya mencapai 17% pada tahun depan akibat asumsi stagnansi segmen korporasi.

Perkiraan tersebut tergolong lebih tinggi dibandingkan proyeksi pendapatan premi bruto sepanjang tahun ini yang hanya 14%. Penurunan tersebut erat kaitannya situasi perlambatan ekonomi nasional.

“Pertumbuhan asuransi umum sangat berhubungan dengan kondisi sektor riil. Nyatanya, pengadaan alat berat cukup seret sehingga mempengaruhi industri ikutannya [asuransi],” kata Ketua AAUI Nahar Makalang kepada Bisnis.com, Minggu (6/12/2015).

Padahal, menurutnya, pertumbuhan pendapatan premi bruto asuransi umum pada tahun lalu sempat menembus 20%. Capaian tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional sebesar 19% pada periode yang sama.

Tak hanya itu, proyeksi pendapatan premi bruto asuransi umum tersebut sudah mempertimbangkan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat, dan kondisi sektor riil pada tahun depan.

Guna mendongkrak pertumbuhan, Nahar mengemukakan kalangan pengusaha asuransi umum harus bertumpu pada segmen ritel karena potensinya kenaikannya dinilai lebih tinggi daripada korporasi.

“Saya perkirakan segmen ini [korporasi] akan mengalami stagnansi. Banyak produk asuransi ritel yang berpeluang digenjot, misalnya asuransi mikro, kendaraan bermotor, dan kebakaran,” ucapnya.

Per Oktober 2015, AAUI Sulut mencatat jumlah perusahaan asuransi umum mencapai 25 buah, sedangkan pada tahun lalu sebanyak 27 perusahaan. Kenaikan jumlah perusahaan juga dinilainya menjadi modal untuk mampu mendongkrak pertumbuhan di kisaran 17% pada tahun depan.

Secara nasional, AAUI optimistis pertumbuhan premi bruto industri asuransi umum mencapai 13% pada tahun depan karena ditopang oleh realisasi premi pada kuartal IV/2015.

Di lain pihak, Kepala PT Asuransi Jasa Indonesia (Persero) Cabang Manado Hardiansyah berpendapat sektor ritel merupakan penopang premi yang signifikan seiring dengan kondisi perlambatan ekonomi di Indonesia.

“Banyak klien korporasi kami yang tidak memperpanjang polisnya karena iklim usaha tidak mendukung. Misalkan, klien kami dari perusahaan kapal sengaja melabuhkan kapalnya sehingga tidak ada risiko yang harus dihadapi,” ucapnya.

Selain itu, minimnya pengadaan kapal dan pencairan kredit dari perbankan bagi korporasi juga menggerus pendapatan premi dari perusahaan. Khusus asuransi perusahaan, produk asuransi kapal masih mendominasi baru kemudian menyusul alat berat, dan rekayasa teknik (engineering).

Hardiansyah menambahkan perseroan masih berpeluang untuk menggenjot produk-produk ritel yang selama ini belum digarap maksimal misalkan asuransi mikro, kecelakaan diri, dan perjalanan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini