Pilih Investasi Lumpsum atau Berkala, Perhatikan Rambunya

Bisnis.com,13 Des 2015, 18:00 WIB
Penulis: Tisyrin Naufalty Tsani
Jika investor ingin memadukan strategi lumpsum sekaligus berkala pun tidak masalah. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Seorang investor dapat menyetorkan uangnya dalam jumlah banyak sekaligus ke dalam sebuah instrumen investasi. Namun, investor lainnya juga bisa memilih menyetorkan uangnya sedikit demi sedikit. Bagaimana sebenarnya plus minus kedua strategi tersebut dalam berinvestasi?

Menurut Perencana Keuangan Ferdie Darmawan, strategi menyetorkan uang dalam jumlah banyak sekaligus ke dalam instrumen investasi dikenal dengan istilah investasi lumpsum. Pada investasi lumpsum, jelasnya, investor akan membiarkan uangnya berkembang tanpa me nam bah nominal investasi.

Biasanya, investor akan membiarkan uangnya pada instrumen investasi tersebut sampai tiba waktunya untuk mencairkannya. “Investasi ini sering kali dikenal dengan sebutan buy and hold investment,” katanya kepada Bisnis.com.

Bagi investor yang berkocek tebal dan sudah memiliki pengalaman, strategi investasi lumpsum sangat cocok diterapkan. Saat yang tepat untuk investasi lumpsum adalah ketika pasar sedang mengalami koreksi besar-besaran dan terjadi pemulihan kondisi ekonomi.

Namun, strategi investasi tersebut juga memiliki kelemahan, yakni seorang investor tidak selalu memiliki kemampuan memprediksikan titik terendah dari pasar. Selain itu, investasi lumpsum juga membutuhkan modal besar sehingga bagi investor yang minim modalnya, tidak dapat berinvestasi dengan cara tersebut.

Sementara itu, pada investasi berkala yang juga dikenal sebagai Dollar Cost Averaging (DCA), investor dapat membeli produk investasi secara teratur atau berkala dengan nominal investasi yang biasanya tetap pada setiap periode pembelian, serta tanpa melihat kondisi pasar.

Penulis buku best seller Investor Sibuk itu menjelaskan investasi berkala tergolong praktis karena investor tidak perlu melakukan analisa pasar. Selain itu, investor juga dapat melakukannya secara autodebet atau terpotong otomatis dari rekening dalam jumlah yang sama setiap bulannya. “Yang jelas, modal yang diperlukan lebih terjangkau ketimbang investasi lumpsum.”

Dengan demikian, strategi investasi berkala sangat cocok bagi karyawan yang menerima gaji bulanan, atau mereka yang masih awam serta memiliki modal terbatas. Saat seseorang mulai memiliki penghasilan, sangat tepat jika langsung memulai investasi berkala.

Pasalnya, dengan modal yang terbatas, investor tidak dapat melakukan pembelian dalam jumlah besar ketika pasar mengalami koreksi besar-besaran. “Padahal pada saat itu akan ada potensi rebound yang memberikan imbal hasil sangat besar,” katanya.

Pada dasarnya, baik investasi lumpsum maupun berkala cocok diterapkan untuk pada reksa dana, pasar saham, atau bahkan logam mulia. Saat ini, investasi pada logam mulia terbuka bagi investor yang ingin melakukannya secara berkala tanpa harus mengantongi modal besar terlebih dahulu. Fasilitas itu juga dapat dinikmati secara online oleh beberapa toko emas besar.

Bagi yang berminat berinvestasi emas secara berkala dapat memulainya dari nominal kecil di bawah Rp100.000. Namun, Anda perlu memperhatikan legalitas dari toko mas yang menawarkan program tersebut.

Di sisi lain, instrumen investasi reksa dana tergolong aman jika diterapkan dengan strategi lumpsum ataupun berkala, terutama bagi mereka yang masih awam.

Jika investor ingin memadukan strategi lumpsum sekaligus berkala pun tidak masalah. Caranya, pada saat pasar sedang koreksi besar-besaran, investor dapat menambah porsi investasinya. Sebaliknya, jika pasar dalam keadaan normal, cukup melakukan investasi berkala. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini