INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA: Pemerintah Diminta Berikan Asupan Gizi Balita NTT dan Papua

Bisnis.com,19 Des 2015, 16:33 WIB
Penulis: Anugerah Perkasa
Presiden Joko Widodo (dua kiri) didampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (dua kiri atas) dan Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek (empat kiri) berdiskusi dengan orang tua balita korban asap saat meninjau rumah evakuasi balita yang tarpapar asap di kawasan 5 Ulu, Palembang, Sumsel. Jumat (30/10)./Antara
Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah direkomendasikan untuk memberikan program asupan makanan bergizi bagi balita di NTT dan Papua sebagai  kebijakan yang lebih jelas untuk mengatasi masalah kemiskinan di Indonesia seiring dengan stagnannya Indeks Pembangunan Manusia.
 
Peneliti Kebijakan Sosial Perkumpulan Prakarsa Victoria Fanggidae mengungkapkan elemen penting pembangunan manusia macam kesehatan, tidak menunjukkan indikator yang menggembirakan. Diketahui UNDP menyatakan Indonesia berada pada ranking 110 dari 188 negara untuk Indeks Pembangunan Manusia, atau stagnan.
 
Victoria menuturkan pihaknya merekomendasikan kebijakan yang jelas mengatasi masalah kemiskinan dan ketimpangan wilayah dan kelas sosial. Sejumlah langkah di antaranya adalah program asupan bergizi bagi balita di NTT atau Papua; asupan bergizi bagi anak buruh tani dan garmen miskin; serta ibu hamil dari keluarga miskin.
 
"Jika pemerintah meluncurkan pelbagai paket kebijakan ekonomi agar tak terpuruk, bagaimana dengan paket kebijakan sosial agar kualitas manusia tidak timpang?" kata Victoria dalam keterangannya yang dikutip Bisnis.com, Sabtu (19/12/2015).
 
Data Riset Kesehatan Dasar pada 2013 menunjukkan seperlima balita di Indonesia menderita gizi buruk dan kurang, 4,5% balita sudah mengalami gizi lebih. Di NTT , sepertiga balita menderiyta gizi buruk dan kurang, atau tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan di Bali. Sedangkan anak petani, nelayan dan buruh sendiri mengalami gizi kronis sehingga tubuhnya tumbuh lebih pendek.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini