Industri Multifinance 2016: Peningkatan NPF Masih Diwaspadai

Bisnis.com,04 Jan 2016, 14:45 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Ilustrasi leasing kendaraan bermotor/www.raceworld.tv

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri pembiayaan tetap mewaspadai potensi peningkatan rasio kredit macet yang bakal mendorong beban kredit menyusul kondisi ekonomi nasional yang diproyeksikan belum akan pulih sepenuhnya pada 2016.

Presiden Direktur PT BCA Finance Roni Haslim menjelaskan beban kredit menjadi salah satu tantangan utama bagi pelaku industri dalam merealisasikan target pertumbuhan pada tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi berdampak pada kualitas piutang pembiayaan atau naiknya rasio kredit macet (non performing finance/NPF) dan pada akhirnya mendongkrak beban kredit.

Kondisi itu, jelas dia, sangat dominan menggerus laba multifinance pada tahun lalu. Karena itu, dia menyatakan peningkatan NPF masih menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan sebab kondisi makro ekonomi 2016 diyakini belum lebih baik.

“Kalau kondisi ekonomi masih susah, bayar angsuran makin seret, dan ada potensi wanprestasi,” katanya seperti dikutip Bisnis Indonesia, Senin (4/1/2016)

Roni menyatakan BCA Finance hingga akhir tahun lalu mampu menjaga NPF di kisaran 0,9%, kendati sempat menyentuh 1,07% pada Oktober 2015. Menurut dia, pada 2016 pihaknya akan berupaya menahan nilai NPF berada di bawah kisaran 1%.

Hal itu coba direalisasikan di tengah rencana perseroan untuk menggenjot pertumbuhan pembiayaan hingga 15%. Target yang ditetapkan pemegang saham anak usaha multifinance PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) ini pun terbilang tinggi karena pada 2015 piutang pembiayaan perseroan mencapai Rp25,5 triliun.

Otoritas Jasa Keuangan menyatakan pada November 2015 industri pembiayaan masih dapat menjaga kualitas piutang pembiayaan dengan cukup baik. Pasalnya,  industri mencatatkan penuruna NPF dari 1,59% per November 2014 menjadi 1,43% per November 2015.

Meskipun begitu, pada periode yang sama piutang pembiayaan justru mengalami penurunan sebesar 0,14% dengan nilai outstanding per November 2015 sebesar Rp363,65 triliun. Adapun,  aset industri pembiayaan mencapai Rp425,05 triliun atau tumbuh 3,02%.

“Meskipun pertumbuhannya negatif, penyaluran pembiayaan pada sektor produktif mengalami pertumbuhan positif, yaitu dari sebesar Rp188,99 triliun posisi akhir November 2014 meningkat menjadi sebesar Rp190,08 triliun posisi akhir November 2015,” kata Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Firdaus Djaelani dalam keterangan resmi akhir tahun.

Jodjana Jody, Presiden Direktur Astra Credit Companies (ACC), sebelumnya juga mengungkapkan sejumlah faktor pendukung industri belum begitu membaik pada tahun ini. Faktor-faktor tersebut meliputi pertumbuhan ekonomi nasional, ancaman suku bunga tinggi, likuiditas perbankan, dan nilai tukar dollar Amerika yang masih tinggi.

“Serta NPF [non performing finance/rasion kredit bermasalah] yang masih belum bisa dikatakan membaik,” kata Jodjana kepada Bisnis.

Karena itu, dia mengatakan kinerja multifinance, khususnya yang berfokus pada sektor otomotif belum akan tumbuh signifikan dibandingkan kinerja pada 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini