Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia meyakini lini bisnis sewa guna usaha mampu kembali mencatatkan pertumbuhan piutang pembiayaan hingga 5%-7% pada tahun ini setelah menurun sejak pertengahan 2014.
Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan performa sektor sewa guna usaha masih terus tertekan sepanjang 2015. Belum pulihnya harga komoditas pertambangan seperti batu bara masih memengaruhi realisasi pembiayaan alat berat.
Padahal, pembiayaan alat berat untuk industri pertambangan merupakan segmen yang mendominasi sewa guna usaha.
Di sisi lain, Suwandi menjelaskan upaya pemerintah untuk memacu belanja dan pembangunan infrastruktur, terutama pada paruh kedua 2015 sebenarnya menjadi peluang untuk pembiayaan alat berat konstruksi.
“Semester II/2015 konstruksi baru mulai bergulir, sehingga pembiayaan sewa guna usaha belum begitu terpengaruh,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (4/1/2015).
Proyek infrastruktur yang terus didorong pemerintah, jelasnya, bahkan akan signfikan mendorong penyaluran pembiayaan alat berat di sektor konstruksi hingga beberapa tahun ke depan. Pembiayaan alat berat di sektor pertambangan pun diharapkan dapat kembali bergairah.
Karena itu, Suwandi meyakini kinerja lini bisnis sewa guna usaha akan kembali menunjukkan kinerja positif pada 2016. Pada tahun ini pun dia memperkirakan lini bisnis sewa guna usaha mampu bertumbuh di kisaran 5%-7%.
Dengan begitu, APPI optimistis industri pembiayaan secara keseluruhan masih mampu merelisasikan target pertumbuhan 5%-10% pada tahun ini.
“Secara industri keseluruhan tumbuhnya masih akan flat, tetapi yang pasti tidak akan menurun,” kata Suwandi.
Data Otoritas Jasa Keuangan mencatat sektor sewa guna usaha menjadi satu-satunya dari empat lini bisnis yang hampir terus mencatatkan nilai merah sepanjang 2015. Setelah industri multifinance masih mampu bertumbuh dua digit hingga kuartal II/2014, sektor yang menguasai pangsa pasar pembiayaan hingga 30% hanya sempat mencatatkan pertumbuhan pada akhir kuartal III/2015, yakni sebesar 0,22% (y-o-y).
Pada akhir kuartal pertama dan kedua 2015, kinerja sektor itu terus semakin lemah dengan penurunan piutang pembayaan (y-o-y) masing-masing sebesar 0,48% dan 4,01%.
Pada Oktober 2015, OJK mencatat piutang pembiayaan sektor sewa guna usaha senilai Rp109,5 triliun atau turun 2,87% dibandingkan realisasi Oktober 2014 (year-on-year/y-o-y) , yakni sebesar Rp112,74 triliun.
Sementara itu, lini bisnis anjak piutang masih mencatatkan pertumbuhan 14,19% dan 295%. Sektor pembiayaan konsumen yang tetap dominan dengan menguasai 67% pasarjuga mampu mencatatkan pertumbuhan piutang pembiayaan sebesar 0,60%.
Kendati begitu, pada periode tersebut piutang pembiayaan industri multifinance untuk pertama kalinya berada lebih rendah dibandingkan kinerja periode yang sama (year-on-year/y-o-y) pada 2014. Kinerja industri hingga akhir bulan kesepuluh 2015 mencapai Rp364,06 triliun atau menurun 0,13% (y-o-y), yakni dari Rp364,52 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel