9 Langkah Menata Kembali Keuangan Keluarga

Bisnis.com,10 Jan 2016, 04:05 WIB
Penulis: Nurbaiti
Tips Keuangan. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Awal tahun belumlah terlalu jauh berlalu. Bagi Anda yang belum memiliki perencanaan keuangan yang jelas, tak ada salahnya mulai membuatnya tahun ini. Jangan sampai pemasukan yang Anda peroleh setiap bulannya selalu habis dan berlalu begitu saja.

Khususnya bagi Anda yang sudah menikah dan memiliki anak, pengelolaan keuangan yang benar menjadi sangat penting. Setelah menikah apalagi sudah mempunyai anak, banyak sekali pola pengaturan keuangan yang harus diubah karena jumlah pemasukan dan pengeluaran tentunya sangat jauh berbeda dibandingkan dengan ketika masih lajang.

Bagaimanapun, kalau sudah menyangkut masalah uang, seseorang akan sangat mudah terpengaruh secara emosional. Untuk itu, jangan sampai salah langkah dalam pengelolaan keuangan keluarga.

Konsultan Perencana Keuangan Independen Fithri Adam mengungkapkan masih banyak orang yang belum terbiasa membuat perencanaan keuangan, kendati sudah menikah dan memiliki anak. Namun, tidak pernah ada kata terlambat untuk menata kembali keuangan keluarga.

Menurut dia, ada beberapa langkah nyata yang bisa dilakukan untuk memperbaiki kondisi keuangan keluarga, yakni pertama, setiap pasangan harus saling terbuka dan menyamakan persepi dalam hal pengelolaan keuangan keluarga.

“Suami-istri harus saling jujur dengan penghasilan maupun pengeluaran masing-masing, termasuk utang dan harta bawaan sejak mereka belum menikah,” katanya.

Sejatinya, tujuan keuangan dalam sebuah rumah tangga harus diupayakan bersama sesuai dengan tujuan hidup bersama. Hal yang juga penting dalam menyamakan persepsi, yaitu dalam mendidik kebiasaan keuangan anak. Sebagai pasangan yang sudah menjadi orangtua harus kompak dalam menyikapi permintaan anak. Jangan sampai ketika anak merengek minta dibelikan suatu barang, antara ayah dan ibu berbeda pendapat, ada yang mengizinkan dan tidak.

Kedua, membuat anggaran pengeluaran keluarga. Dengan demikian, akan terlihat mana pengeluaran yang sifatnya kebutuhan, keinginan, tabungan, dan investasi.

Ketiga, menyiapkan dana darurat. Dengan begitu, ketika terjadi risiko terhadap pencari nafkah keluarga, misalnya kehilangan pekerjaan/penghasilan, dana tersebut bisa untuk kebutuhan keluarga sembari menunggu si pencari nafkah mendapatkan pekerjaan lagi.

Untuk besaran dana darurat, bagi sebuah keluarga yang memiliki dua orang anak, sebaiknya menyiapkan dana darurat minimal sebesar 12 kali pengeluaran bulanan keluarga.

Keempat, menyiapkan proteksi berupa asuransi jiwa dan kesehatan. Idealnya, uang pertanggungan asuransi jiwa bagi pencari nafkah keluarga adalah sebesar biaya hidup sampai anak tertua lulus kuliah dan ditambah  dana pendidikan anak hingga lulus kuliah.

Sementara itu, asuransi kesehatan dipersiapkan bagi seluruh anggota keluarga. Apabila asuransi dari BPJS Kesehatan dirasa kurang memadai, dapat menggunakan asuransi swasta. Yang perlu dipersiapkan juga adalah tabungan untuk membayar premi asuransi kesehatan.

TUJUAN KEUANGAN

Kelima, menetapkan tujuan keuangan keluarga, seperti dana pendidikan anak, dana untuk membeli rumah, dana untuk membeli kendaraan keluarga, dana naik haji, dana berlibur, dan dana pensiun.

Tidak memiliki tujuan keuangan secara jelas, otomatis juga tidak menyiapkan langkah untuk merealisasikannya. Dengan memiliki tujuan keuangan, maka sebuah keluarga akan lebih jelas dalam mengelola penghasilan maupun pengeluarannya.

Keenam, mengenali profil risiko masing-masing pasangan suami istri, sehingga bisa mencegah atau meminimalisir risiko gagal investasi untuk kegiatan investasi yang dilakukan dalam rangka mencapai tujuan keuangan keluarga.

Ketujuh, melakukan investasi sesuai dengan profil risiko dan monitor secara berkala. Jangan lupa lakukan pula diversifikasi portofolio investasi.

Kedelapan, mencatat setiap jenis dan nilai semua harta dan utang. Dengan menginventarisir harta dan utang, maka bisa diketahui berapa jumlah kekayaan bersih yang sebenarnya dimiliki. Pencapaian kekayaan bersih yang diraih biasanya akan memacu motivasi untuk terus mengembangkan kekayaan. Dengan demikian, kebiasaan boros secara otomatis akan terganti dengan kebiasaan berinvestasi.

“Kebiasaan membeli barang-barang konsumtif akan berganti dengan kebiasaan membeli barang-barang produktif yaitu barang-barang yang nilainya naik terus dan laku jika sewaktu-waktu dijual,” ujar penulis buku Tobat Boros ini.

Terakhir, membuat perencanaan warisan. Dengan menginventarisir harta dan utang, hal itu akan memudahkan dalam membuat rencana warisan.

Nah, tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki kondisi keuangan keluarga demi tujuan bersama. Selanjutnya, jangan lupa mengevaluasi tujuan keuangan minimal satu tahun sekali, mengingat pergerakan investasi bisa berbeda-beda, sehingga tujuan keuangan pun bisa berubah. Lakukanlah perencanaan keuangan keluarga sekarang juga, sesuai dengan komitmen dan target yang ingin dicapai. Lebih cepat, tentu lebih baik. ()

Beberapa masalah keuangan yang biasanya terjadi dalam sebuah keluarga:
•    Belum memiliki rumah dan kendaraan untuk keluarga.
•    Belum memiliki dana darurat.
•    Belum memiliki asuransi jiwa dan kesehatan.
•    Belum mempersiapkan dana pendidikan anak.
•    Tidak pernah merencanakan dana liburan.
•    Melakukan segala kegiatan keluarga tanpa perhitungan terlebih dulu, terutama menyangkut aspek keuangan.
•    Berutang untuk belanja konsumtif.
•    Jangankan untuk menyisihkan sebagian penghasilan menjadi tabungan atau investasi, bahkan untuk biaya hidup malah kekurangan.
•    Belum mempunyai tabungan dan investasi.
•    Belum menyiapkan dana pensiun.
•    Tidak disiplin dengan kebiasaan keuangan.
•    Dan, masih banyak masalah keuangan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini