Bisnis.com, BANDUNG—Keberadaan pondok pesantren di Jawa Barat yang mencapai 4.322 pesantren, dinilai dapat menjadi poros pertumbuhan untuk meningkatkan perekonomian syariah, termasuk keuangan syariah, di Tanah Priangan.
Berdasarkan catatan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat, 60% dari pondok pesantren tersebut telah memiliki lembaga ekonomi, antara lain berupa koperasi ataupun baitul maal wat tamwil (BMT), yang turut bekerja sama pula dengan perbankan syariah.
Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat Rosmaya Hadi mengatakan keberadaan pesantren di Jabar yang jumlahnya disebutnya terbanyak di Indonesia, merupakan potensi untuk pengembangan ekonomi syariah.
“Bagaimana pondok pesantren agar memiliki kemandirian dalam ekonominya. Ini menjadi perhatian kami dan akan kami dorong pada 2016,” katanya seperti dikutip Bisnis.com, Minggu (17/1/2016)
Pihaknya bersama sejumlah stakeholder, khususnya yang bergerak di bidang syariah, di antaranya Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) dan Asosiai Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) akan menyusun roadmap ekonomi syariah dengan basis pesantren.
“Ekonomi syariah harus maju. Akan disusun roadmap tentang bagaimana ekonomi syariah bergerak. Antara bisnis, sistem pembayaran, pelatihan UMKM [usaha mikro kecil menengah], kami susun supaya roadmap pesantren menjadi tahu ke arah mana,” papar Rosmaya.
Dia menutukan tak sedikit pesantren di Jabar telah mengembangkan perekonomiannya secara mandiri melalui UMKM yang dikelolanya. Bahkan, lanjutnya, sejumlah pesantren telah berkolaborasi dengan lembaga jasa keuangan untuk pembiayaan dan dalam sistem pembayaran.
“Sebanyak 150 pesantren itu santrinya di atas 500 orang. Ini potensi yang sangat bisa kita kembangkan. Semua pesantren aktif, sehingga perlu didorong agar menjadi poros ekonomi syariah,” sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel