Bisnis.com, JAKARTA--Pengamat Ekonomi Institute Developement of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati, menganggap program SimPel sebagai upaya OJK melakukan peningkatan beberapa program inklusi keuangan. Hal ini ujarnya dikarenakan masih sedikit masyarakat Indonesia yang terhubung dengan perbankan.
Saat ini hanya sekitar 40% masyarakat Indonesia yang terhubung dengan perbankan, baik dari sisi simpanan ataupun pembiayaan, klaimnya.
Enny melanjutkan, melalui penggiatan kembali kepada sekolah-sekolah, ini merupakan bagian dari edukasi. Menurutnya tidak hanya mengenalkan tabungan tetapi juga arti penting dari tabungan kepada masyarakat. Program ini juga dinilainya mampu meningkatkan penyerapan dana-dana masyarakat tidak sekadar konsumsi.
Melalui program SimPel, OJK memberikan kemudahan kepada para murid. Para siswa tidak dipungut biaya administrasi dan setoran awalnya rendah, yakni Rp5.000 untuk tabungan konvensional dan Rp 1.000 untuk tabungan syariah. Siswa dapat menyetorkan uang minimal Rp 1.000 atau sesuai dengan kemampuan mereka.
Ia meyakini apabila dana tersebut terkumpul, akan menjadi DPK yang bisa digunakan untuk pembiayaan pembangunan. Lebih jauhnya, Enny melihat potensi program SimPel sebagai upaya menjembatani fungsi keterbatasan pelayanan dari perbankan untuk daerah-daerah di luar perkotaan.
Kalau dikumpulin dana dulu di sekolah, sehari Rp1.000, seminggu bisa Rp7.000 dikalikan sekian ratus anak, bisa hitungannya sampaia jutaan. Kalau ini bisa diwadahi bisa meningkatkan simpanan masyarakat, terangnya.
Tentunya, supaya program dapat berjalan dengan baik, ia menganjurkan adanya pengawasan dari guru. Ia menyebutkan harus adanya koordinator sekolah yang mengurusnya sebab memerlukan pengerjaan administrasi dan laporan. Ia menegaskan untuk tidak hanya hanya dianggap sebagai tugas tambahan dengan sukarela.
Usulan kita harus ada ekuivalensinya. Jadi dia [guru] yang mengurusi itu diberikan reward. Kalau misalnya satu guru tugas wajibnya per minggu ekuivalen dengan sekian jam dia mengajar, itu artinya dihargai, ada kompensasi. Sehingga program-program itu akan berjalan. Kalau hanya tugas tambahan nggak ada yang mau mengelola secara baik, Kalau dijalankan hanya sekedar secara voluntir tidak akan tercapai.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel