Bisnis.com, JAKARTA - Lemahnya daya saing bank nasional di Indonesia di level internasional membuat wacana merger bank kembali mencuat. Merger diharapkan dapat menjadi solusi agar bank nasional dapat lebih menancapkan taji, paling tidak di level regional Asean.
Ketua Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan bahwa wacana tersebut sudah saatnya diimplementasikan. Pasalnya bila terlambat Indonesia akan semakin tertinggal dari bank-bank lain utamanya bank milik negara tetangga.
"Bank besar di Indonesia memang sudah saatnya merger. Apalagi PDB Indonesia urutan 16 dunia. Seharusnya sudah punya bank besar. Dibanding Singapura dan Malaysia yang penduduknya lebih sedikit, mereka malah punya bank yang di urutan teratas Asean," ujarnya di Jakarta, (22/1/2016).
Sigit menambahkan, dengan melihat pertumbuhan Indonesia yang positif, bisa jadi bank-bank asing yang justru berkuasa bila tak segera di antisipasi dengan mendirikan bank besar nasional. Ia mengibaratkan, jatah kue ekonomi tersebut akan diambil oleh asing ketimbang dinikmati bank dalam negeri.
Ia menyarankan agar Kementerian BUMN sebagai instansi yang berwenang agar segera melakukan kajian. Sigit menyarankan, kalau merger dilakukan sebaiknya bank yang digabung adalah bank yang punya arah bisnisnya mirip.
"Kalau pendapat saya yang cocok dimerger adalah Mandiri dan BNI. Kalau BRI lebih cocok untuk fokus di pengembangan UKM," katanya.
Selain merger, Sigit juga sepakat bila modelnya adalahholding company. Nantinya akan ada bank yang jadi induk ataupun dibentuk perusahaan tersendiri yang modelnyanon operating.
BACA JUGA
- Perkuat Sektor Keuangan, JK Minta Bank BUMN Konsolidasi Sistem dan Prosedural
- ATM Bank BUMN Digabung, Bank BTN Merasa Paling Diuntungkan
- ATM HIMBARA, Bank BUMN Resmi Luncurkan ATM Bersama
- Ekses Penerimaan Negara: 4 BUMN Bakal Bersaing
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel