Bisnis.com, SURABAYA—PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. atau Bank Jatim meminta para lembaga penjamin kredit yang bekerja sama dengannya bergegas membayarkan klaim manakala perseroan mengajukannya.
Direktur Utama Bank Jatim R. Soeroso mengatakan terkadang penjamin kredit tidak segera melakukan pembayaran atas klaim kredit macet (nonperforming loan/NPL) yang dijuakan.
Kondisi ini akhirnya membuatn rasio kredit bermasalah yang dimiliki perseroan meninggi.
“NPL rendah akibatkan BOPO naik. Kalau BOPO tidak naik berarti laba kami akan naik. Ini dampaknya kepada shareholder dan stakeholder,” ucapnya ditemui usai penandatanganan perjanjian kerja sama Bank Jatim dan Jamkrindo, di Surabaya, Jumat (22/1/2016).
Lambatnya proses klaim yang diajukan kepada lembaga penjamin kredit agaknya membuat gerah kalangan perbankan. Kondisi ini membuat penyaluran dan pertumbuhan kredit usaha rakyat tersendat, dampak sebaliknya diyakini bisa terjadi jika proses klaim lebih gesit.
Menurut Soeroso semakin cepat perputaran pinjaman bank akan lebih banyak kebutuhan kredit yang bisa diakomodir. Adapun potensi resiko dalam penyaluran kredit memang selayaknya menjadi kewajiban lembaga penjamin untuk menangani.
Rasio kredit bermasalah Bank Jatim sepanjang tahun lalu 4,29%. Tahun ini perseroan membidik angka lebih kecil 2,8%. “[Sejalan dengan NPL turun] kami bisa mendukung pertumbuhan ekonomi di daerah [melalui penyaluran kredit],” ucap Soeroso.
Berdasarkan laporan keuangan Desember 2015 (audited) penyaluran kredit Bank Jatim diklaim menunjukkan performa yang bagus. Besarannya tumbuh secara tahunan (year-on-year/yoy) sebesar Rp28,41 triliun atau tumbuh 8,46% y-o-y.
Kontribusi pertumbuhan tertinggi penyaluran kredit tersebut dari kredit komersil sebesar Rp5,70 triliun atau naik 10% y-o-y, kredit konsumer Rp18,19 triliun tumbuh 8,83% y-o-y, dan kredit UMKM meningkat 5,21% sebesar Rp4,53 triliun.
Saat ini Bank Jatim menawarkan suku bunga kredit sebesar 4% kepada bank perkreditan rakyat di Jawa Timur. Bunga yang diberikan BPR kepada masyarakat paling besar 9%. Adapun rasio NPL-nya, tanpa menyebutkan angka pasti, Soeroso menyatakan untuk kredit mikro tidaklah besar.
Sepanjang tahun lalu perseroan mengumpulkan total aset Rp42,80 triliun atau naik 12,65% y-o-y. Penyaluran kredit dibukukan Rp28,41 triliun naik 8,46%, dana pihak ketiga Rp34,26 triliun naik 13,19%, dan pendapatan bunga Rp4,70 triliun tumbuh 15,17%. Adapun laba sebelum pajak Rp1,26 triliun, sedangkan laba bersih Rp884,5 miliar.
Pada tahun ini Bank Jatim membidik laba setelah pajak Rp1,4 triliun atau naik 12,33% y-o-y, penyaluran kredit Rp32,66 triliun naik 14,98%, dana pihak ketiga Rp38,20 triliun tumbuh 11,52%, pendapatan bunga Rp5,29 triliun meningkat 12,67%, dan total aset naik jadi Rp47,31 triliun atau tumbuh 10,56%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel