Bisnis.com, PADANG — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perbankan meningkatkan penyaluran kredit ke sektor produktif, investasi dan modal kerja guna mendukung pertumbuhan ekonomi daerah di Sumatra Barat.
Kepala OJK Perwakilan Sumbar Indra Yuheri menargetkan porsi kredit produktif yang disalurkan perbankan daerah itu bisa mencapai 60% tahun ini sehingga berperan optimal mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Kami dorong komposisi 60% di sektor produktif dari total rencana ekspansi bank,” katanya kepada Bisnis, Rabu (27/1/2016).
Menurut dia, sepanjang tahun lalu penyaluran kredit ke sektor utama perdagangan hotel dan restoran, pertanian, jasa dan sektor lainnya di Sumbar tumbuh melambat.
Tekanan ekonomi global dan penurunan harga komoditas sawit dan karet menyebabkan rasio kredit bermasalah membengkak sehingga bank mengerem laju ekspansi.
“Tahun ini diperkirakan lebih baik, likuiditas melonggar di pasaran. Perbankan perlu juga meningkatkan kredit ke sektor produktif,”
Data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Sumatra Barat di kuartal ketiga tahun lalu menunjukkan porsi kredit produktif masih mendominasi hingga 56% dari total penyaluran kredit perbankan.
Kredit investasi mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 32,3% menjadi Rp9,32 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,04 triliun.
Kredit modal kerja tumbuh 9,2% menjadi Rp17,21 triliun dari tahun sebelumnya Rp15,76 triliun.
Sementara itu kredit komsumsi memiliki porsi 44% atau mengalami pertumbuhan 12,9% menjadi Rp20,83 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp18,44 triliun.
F Sandra Wati, Branch Manager Bank Panin cabang Padang mengatakan, perseroan memprioritaskan penyaluran kredit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan ritel tahun ini.
“Kami utamakan kredit produktif, salah satunya pariwisata, tampaknya bakal jadi salah satu motor penggerak ekonomi Sumbar,”
Menurutnya, perseroan akan meningkatkan porsi penyaluran kredit produktif guna membiayai kegiatan UMKM yang mendukung pengembangan pariwisata dan industri kreatif di Sumatra Barat.
Apalagi, kebijakan bank sentral menurunkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 basis poin beberapa waktu lalu, diyakini bakal mendorong pertumbuhan kredit.
Sandra mengungkapkan, perseroannya menargetkan pertumbuhan kredit di daerah itu tumbuh di atas 20%, menyusul keyakinan meningkatnya konsumsi rumah tangga dan belanja infrastruktur pemerintah yang dimulai di awal tahun.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Bank Nagari alias PT BPD Sumatra Barat Indra Wediana menyebutkan, penyalurkan kredit sektor produktif bakal diprioritaskan, sebagai upaya mendorong pertumbuhan UMKM di daerah itu.
“95% dari total penyaluran kredit diberikan untuk UMKM. Karena basis ekonomi Sumbar ada di UMKM,”
Dia menargetkan pertumbuhan kredit tahun ini berkisar 12,5%, atau tidak terlalu agresif karena belum optimalnya pemulihan ekonomi akibat tekanan global.
Namun, angka tersebut jauh lebih tinggi dari capaian tahun lalu yang hanya tumbuh 7,5%. Saat ini, porsi kredit Bank Nagari masih 50% untuk masing-masing kredit produktif dan komsumsi.
Sepanjang tahun lalu, bank milik pemda Sumbar itu mencatatkan pertumbuhan kredit 7,5% dari Rp13,5 triliun tahun sebelumnya menjadi Rp14,5 triliun.
Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp14,6 triliun atau tumbuh 6,5% dan aset tumbuh 8,2% menjadi Rp19,5 triliun dan rasio kecukupan modal bank atau (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 18,10%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel