Kereta Api Cepat Butuh Pasokan Listrik Besar, Ini Perhitungannya

Bisnis.com,29 Jan 2016, 19:33 WIB
Penulis: Lili Sunardi
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri BUMN Rini Soemarno (kanan) menghadiri 'groundbreaking' pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung di Cikalong Wetan, Bandung Barat, Jawa Barat/Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah harus memperhatikan kebutuhan listrik yang diperlukan untuk dijadikan medan magnet dalam sistem bekerja kereta api cepat jenis magnetically levitated trains atau Maglev.

Fariduzzaman, Kepala Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika BPPT, mengatakan kereta api cepat jenis Maglev membutuhkan medan magnet yang besar untuk mengangkat badan kereta. Magnet tersebut hanya dapat tercipta dengan pasokan listrik yang sangat besar dan stabil.

"Kereta Maglev membutuhkan medan magnet yang besar untuk mengangkat badan kereta. Magnet akan bekerja jika ditopang oleh aliran listrik yang sangat besar dan stabil, itu yang harus diperhatikan," katanya melalui keterangan resmi di Jakarta, Jumat (29/1/2016).

Seperti diketahui, hingga kini China belum mengumumkan teknologi kereta api cepat apa yang akan digunakan dalam pembangunan proyek kereta api cepat Jakarta-Bandung. China memang memiliki beberapa teknologi untuk kereta api cepat, karena berhasil mengembangkan teknologi yang diperolehnya dari negara maju lainnya.

Fariduzzaman menuturkan kereta api cepat sendiri membutuhkan rel dengan lebar 1.435 milimeter, berbeda dengan rel yang selama ini ada di Indonesia dengan lebar 1.067 milimeter. Untuk akselerasi dan deselerasi, kereta api cepat membutuhkan empat kilometer di awal dan akhir.

"Misalkan jarak Jakarta-Karawang adalah 30 kilometer, maka 22 kilometer perjalanan akan ditempuh dengan kecepatan maksimal, atau hanya butuh dua menit untuk sampai ke Karawang," ujarnya.

Pengembangan industri kereta api Tiongkok dimulai dengan upaya mendatangkan kereta api cepat jenis Maglev dan Pemerintahnya mengundang konsorsium dari berbagai negara untuk mengembangkan industri perkeretaapian di negara tersebut.

Pengembangan industri perkeretaapian tersebut dilakukan dengan syarat ada transfer teknologi, dan redesign teknologi.

Dengan industri kereta api yang maju, Tiongkok mampu menggenjot industri manufaktur, karena saat ini sekitar 60% komponen kereta api dibuat di dalam negerinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini