Reksa Dana Anda Jeblok? Jangan Panik Dulu

Bisnis.com,31 Jan 2016, 02:00 WIB
Penulis: Rezza Aji Pratama
Reksa Dana Jeblok. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Tahun 2015 boleh di bilang menjadi masa yang kurang menggembirakan bagi investor saham. Di harapkan bisa tumbuh signifikan di awal tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) justru di tutup merosot hingga 12%.

Kinerja jeblok IHSG ini mau tidak mau juga berdampak pada produk turunan saham seperti reksadana. Banyak pemilik reksa dana saham atau campuran yang harus merelakan investasinya tergerus. VP Investment PT Quant Kapital Investama Hans Kwee menuturkan kinerja reksa dana saham rata-rata minus 13%-14% sepanjang tahun lalu.

Jika Anda salah satu pemilik reksa dana saham atau campuran yang berkinerja jelek, jangan dulu kecewa. Mungkin sempat terbersit di benak Anda untuk segera menarik investasi tersebut. Namun, Hans justru menilai hal tersebut bukanlah langkah yang bijak.

“Rata-rata kinerja reksa dana saham dan campuran memang jelek di tahun lalu. Namun ini justru menjadi momen yang tepat untuk memperkuat posisi,” paparnya.

Alih-alih mencairkan reksa dana, Hans justru menyarankan untuk menambah nilai investasi. Pasalnya, prospek IHSG tahun ini diperkirakan bisa lebih cerah. Beberapa poin yang menjadi pemicunya antara lain belanja pemrintah yang lebih deras, mata uang rupiah yang lebih stabil, dan kemungkinan Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan.

Dengan tiga alasan tersebut, IHSG diperkirakan siap kembali melonjak yang tentunya akan ikut mempengaruhi kinerja reksa dana saham. Apalagi saat ini IHSG juga masih dalam posisi rendah sehingga potensi untuk kembali rebound sangat besar.

Bagi investor pemula yang baru ingin menjajal produk reksa dana, Hans memang tidak menyarankan untuk menempatkan seluruh uangnya di reksa dana saham. Idealnya, 20%-30% di reksa dana saham, 40% di reksa dana pendapatan tetap, dan sisanya di reksa dana pasar uang atau deposito.

Kendati diperkirakan akan berkinerja baik, investor harus jeli dalam memilih produk reksa dana saham. Dia menyarankan untuk memilih reksa dana yang oleh manajer investasinya ditempatkan di saham-saham blue chip.

“Hindari dulu reksa dana yang ditempatkan di saham-saham emiten lapis kedua. Tahun ini sangat fluktuatif sehingga risikonya cukup besar,” katanya.

Selain itu, sejumlah emiten sektoral seperti konstruksi dan perbankan bisa menjadi pertimbangan. Sektor consumer dan daily product juga diperkirakan masih menjanjikan potensi kenaikan saham. 

Lantas, bagaimana dengan prospek reksa dana lainnya?

Hans menilai bagi investor konservatif reksa dana campuran dan pendapatan tetap masih bisa menjadi pilihan. Reksa dana pendapatan tetap yang ditempatkan di instrumen obligasi misalnya, diperkirakan masih menarik seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Tahun lalu, reksa dana jenis ini juga masih mampu menunjukkan pertumbuhan.

Sementara itu, Hans justru menyarankan untuk menghindari reksa dana pasar uang. Dia memprediksi kinerjanya tidak akan terlalu bagus di tahun ini. Pasalnya, BI diperkirakan akan memangkas suku bunga acuan sehingga akan menghambat pertumbuhan reksa dana pasar uang.

Kembali ke Tujuan

Nah, jika koleksi reksa dana Anda terlanjur jeblok sepanjang 2015 ada baiknya untuk mengingat kembali tujuan investasi. Rudiyanto, Pengamat reksa dana dari Panin Asset Management, menuturkan pilihan reksa dana harus disesuaikan dengan tujuan investasi.

“Kalau tujuan investasinya untuk dana pensiun misalnya, itu kan jangka panjang. Jadi ketika kinerja reksa dana jeblok tidak perlu panik,” katanya.

Dia merinci pemilihan jenis reksa dana bisa dibagi berdasarkan jangka waktu yang diinginkan. Untuk waktu investasi di bawah satu tahun misalnya, di saran untuk memilih reksa dana pasar uang.

Sementara itu, untuk investasi 1 tahun-3 tahun maka pilihannya adalah reksa dana pendapatan tetap. Adapun untuk jangka waktu 3 tahun-5 tahun bisa memilih reksa dana campuran. Nah, untuk 5 tahun ke atas reksa dana saham bisa menjadi pertimbangan.

Dengan tujuan dan perencanaan investasi yang jelas, kinerja reksa dana yang jeblok di satu tahun tidak akan membuat panik. Apalagi menurut Rudiyanto kinerja reksa dana terutama saham memang berfluktuasi. Namun, dalam jangka panjang reksa dana jenis ini akan memberikan keuntungan maksimal.

Jadi, jika kinerja reksa dana Anda jeblok di tahun lalu jangan panik dulu. Ini justru menjadi momen yang tepat untuk memperkuat posisi. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini