Bisnis.com, JAKARTA - Membangun sebuah keluarga tentu menjadi impian setiap orang. Kendati demikian, menjalani hidup bersama pasangan bukan pekerjaan mudah. Agar bisa tetap harmonis diperlukan penyesuaian pada beberapa hal. Apalagi dalam soal keuangan, salah pengelolaan akan memicu ketidakharmonisan dalam keluarga.
Para keluarga muda yang baru menikah biasanya menemui kesulitan dalam perencanaan keuangan mereka. Wajar memang. Jika biasanya mereka hanya menghidupi dirinya sendiri, kini keluarga baru ini harus berbagi dengan pasangannya masing-masing.
Perencana keuangan dari Janus Financial Dwita Aryani memberikan sejumlah masukan. Menurutnya, prinsip utama yang harus dipatuhi dalam pengelolaan keuangan di keluarga adalah komunikasi dan keterbukaan. Hal ini penting untuk mengetahui apa keinginan dan seberapa besar kemampuan keluarga tersebut menghasilkan pendapatan.
Langkah selanjutnya adalah membangun impian bersama untuk dijadikan tujuan yang ingin dicapai. Di sinilah letak pentingnya komunikasi. Dalam menyusun rencana ke depan, tentu dibutuhkan saling pengertian dari masing-masing pihak.
“Keluarga kan pasti berkembang. Nanti akan memiliki anak dan kebutuhan juga akan semakin besar,” katanya.
Strategi mengelola pendapatan juga menjadi kunci sukses keluarga baru. Idealnya, saat mulai berumah tangga semuanya dimulai dari nol. Artinya, upayakan tidak ada beban cicilan utang apapun.
Masing-masing pihak juga harus mengetahui terlebih dulu berapa jumlah kebutuhan dasar keluarga. Hal ini penting untuk mengetahui berapa uang yang masih bisa dialokasikan untuk hal-hal lain seperti bersenang-senang dan juga investasi. Sebagai langkah awal, pasangan baru bisa mulai menyisihkan 10% dari pendapatan untuk berinvestasi.
Dalam menyusun rencana masa depan setiap keluarga tentu memiliki keingininan masing-masing. Biasanya hal-hal tersebut berkisar pada soal properti atau rencana pendidikan untuk anak-anak.
“Bila keluarga muda memutuskan untuk memiliki anak, tentu saja pendidikan anak menjadi prioritas dan tidak bisa dihindari,” ujar Dwita.
Lantas bagaimana dengan properti? Dwita menuturkan untuk hal yang satu ini sebenarnya tidak selalu harus dimiliki karena masih ada opsi untuk menyewa.
Untuk mempermudah, keluarga muda perlu membuat time line berdasarkan prioritas dan jangka waktu sehingga kita bisa mengetahui mana yang akan datang terlebih dulu dan dapat kita jadikan prioritas
Hindari Berutang
Menurut pengamatan Dwita, banyak keluarga muda yang impulsif ingin memenuhi keinginannya tanpa menghiraukan kapasitas finansial mereka. Padahal, ini akan sangat memberatkan mereka nantinya, karena semakin berkembang keluarga akan semakin besar pula kebutuhan keluarga. Dia mewanti-wanti agar mengindari utang apalagi untuk hal-hal yang sifatnya konsumtif.
Agar tidak terlalu konsumtif, keluarga muda perlu menetapkan tujuan finansial di masa depan. Memiliki rumah secepat mungkin, dengan mengetahui berapa harga rumah atau keperluan untuk uang muka rumah tersebut bisa menjadi pagar agar kita tidak terlalu konsumtif.
Sebelum melakukan sesuatu yang konsumtif, keluarga muda hendaknya berpikir dulu beberapa saat. Keputusan finansial apapun juga harus dilakukan setelah berdiskusi dahulu dengan pasangan.
Strategi lain agar tidak terlalu konsumtif adalah dengan menyisihkan sebagian uang untuk investasi di awal. Hindari pula memiliki kartu kredit dengan limit yang lebih besar dari total penghasilan kita, agar tidak terjerat utang konsumtif.
Terkait dengan investasi, beragam instrumen sebenarnya bisa menjadi pilihan. Investasi bagi keluarga muda yang memiliki banyak tujuan jangka panjang haruslah investasi yang agresif agar hasilnya maksimal.
Agar bisa maksimal, pasangan baru harus mau meluangkan waktu dan mungkin sedikit uang untuk belajar mengenai investasi itu sendiri. Beberapa hal yang bisa dipelajari adalah bagaimana berinvestasi di pasar modal), properti produktif, atau bagaimana mempersiapkan bisnis sedini mungkin. ()
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel