KNKS Diharap Bisa Rangsang Produk Inovatif Syariah

Bisnis.com,01 Feb 2016, 09:20 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Gambaran mengenai industri perbankan syariah di Indonesia 2011 hingga 2015. / Bisnis

Bisnis.com, SURABAYA - Komite Nasional Keuangan Syariah atau KNKS diharapkan bisa merangsang bank-bank menelurkan produk pembiayaan inovatif, seperti tabungan kurban.

Budi Widhartanto, Kepala Divisi Pengembangan Ekonomi Daerah Bank Indonesia Jawa Timur, menyatakan KNKS diharapkan bisa mendorong terbitnya kebijakan di level pusat bank syariah yang efeknya dapat memperkuat basis-basis di daerah.

Contoh yang disebutkan Budi adalah tabungan kurban. Pembiayaan ini memungkinkan umat muslim yang hendak menjalankan ibadah kurban tetapi tidak memiliki dana cukup, untuk membeli sapi atau kambing pada hari H Idul Adha, tetap bisa membeli hewan kurban.

Sistem pendanaan yang dijalankan, imbuh Budi, tidak jauh beda dengan tabungan haji. Nasabah membayarkan uang muka dalam persentase tertentu dari harga hewan kurban. Kekurangannya dicicil dengan cara menabung di bank syariah bersangkutan.

“Kalau tabungan kurban ini nasibnya bisa sama seperti tabungan haji ini bisa menghadirkan efek bola salju yang bagus , ini produk pembiayaan yang inovatif,” ucapnya kepada Bisnis.com.

Selain memudahkan nasabah yang berniat menjalankan ibadah kurban, bank syariah turut memberdayakan ekonomi rakyat. Pasalnya dalam penerapan tabungan ini, bank akan bekerja sama dengan para peternak domestik sehingga turut menyuburkan usaha kecil dan menengah (UKM).

Risiko yang ditanggung bankpun dinilai tidak mengancam. Dalam arti, penyaluran dana pembelian hewan kurban bisa dikerjasamakan dengan lembaga penjamin guna menekan resiko. Jika ini dijalankan dan bergulir dengan baik akan memperbesar basis nasabah perbankan syariah.

Hal tersebut hanya sebagian kecil bentuk kebijakan dan kreatifitas perbankan syariah yang bisa didorong sejalan dengan dibentuknya KNKS. Komite ini dibentuk pada awal 2016 dan diketuai Presiden Joko Widodo sehingga masalah terkait keuangan syariah bisa dikembangkan secara top down.

Sejalan dengan itu pula secara jangka panjang diharapkan bisa menelurkan kebijakan-kebijakan yang merangsang geliat syariah di daerah. Contohnya, para pemimpin cabang perlu dibekali wewenang lebih besar dalam pengambilan keputusan menyangkut kredit berskala besar.

“Sekarang kalau kredit besar dilempar ke level atas [pusat] sehingga pelayanan yang relatif lebih lama. Ini bikin calon nasabah jadi balik lagi ke bank konvensional,” ucap dia.

Prospek Jatim

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Bank Indonesia Jawa Timur menyebutkan realisasi pembiayaan syariah di Jawa Timur mencapai Rp19,94 triliun pada triwulan ketiga tahun lalu, tumbuh 6,44% secara year on year (y-o-y).

Direktur Ekskutif Bank Indonesia Jawa Timur Benny Siswanto, mengutip dari KEKR, menjelaskan pencapaian tersebut menunjukkan perlambatan terhadap triwulan kedua 7,7% y-o-y. Ini menyebabkan perlambatan pertumbuhan aset dari 4,28% pada triwulan kedua jadi 3,54% pada triwulan ketiga.

Total aset bank syariah di Jatim selama Juli – September Rp24,25 triliun, sedangkan pembiayaannya Rp19,94 triliun. Pembiayaan ini terdiri dari modal kerja Rp8,37 triliun, investasi Rp3,90 triliun, dan konsumsi Rp7,66 triliun. Adapun NPF (nonperforming financing) sebesar 4,22%

Untuk penghimpunan dana tercatat Rp17,85 triliun berasal dari giro Rp1,31 triliun, tabungan Rp7,72 triliun, dan deposito Rp8,82 triliun. Kinerja penghimpunan dana [triwulan III] tumbuh 2,86% y-o-y. Sementara FDR (financing to deposit ratio) sebesar 111,68%.

Guna memperkuat diri, bank syariah di daerah sebaiknya bermain di ladang yang berbeda dari perbankan konvensional. Selama ini bank konvensional kerap berlakon di bidang perdagangan, BI menyarankan syariah lebih giat menggarap pertanian dan industri kreatif.

Harus dikembangkan pula juga basis potensi di lingkungan pesantren, ini bisa jadi pangsa pasar yang baik untuk bank syariah. Selain ini bank syariah juga disarankan lebih banyak merambah daerah-daerah perdesaan bukan kota besar agar tak rebutan kue yang sama dengan bank konvensional.

Hal itu diamini PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. atau Bank Jatim. Perseroan ini akan spin off  bisnis syariahnya pada September 2015. Ratusan karyawan baru direkrut untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di bidang itu.

“Kami bertekad seluruh pondok pesantren harus ada kantor  Bank Jatim Syariah. Nanti dana Bazis [amal, zakat, infak, dan sedekah] masuk ke kami dan kami putar dengan bunga murah,” kata Direktur Utama Bank Jatim R. Soeroso.

Secara nasional bank syariah raksasa di Tanah Air tak lain adalah PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mualamat Tbk. Keduanya  besar dilihat dari sisi aset, Syariah Mandiri sebesar Rp67,12 triliun per September 2015 sedangkan Muamalat asetnya Rp56,50 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini