BPR Sumbar Bidik Pertumbuhan 15% - 17,5%

Bisnis.com,03 Feb 2016, 23:46 WIB
Penulis: Heri Faisal
Kasir BPR menghitung uang/Bisnis.com

Bisnis.com, PADANG - Memasuki 2016, bank perkreditan rakyat (BPR) di Sumatra Barat membidik pertumbuhan di kisaran 15% - 17,5%, meski pemulihan ekonomi diyakini belum optimal.

Sekretaris Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Sumbar Yerismal meyakini kinerja tahun ini bakal lebih baik, menyusul kebijakan pemulihan ekonomi dan optimisme meningkatnya belanja rumah tangga.

“Tahun lalu, tidak hanya BPR, bank umum pun mengalami tekanan hebat. Nah, untuk sekarang kami lebih optimis, target pertumbuhan di kisaran 15% - 17,5%,” katanya kepada Bisnis.com, belum lama ini.

Dia mengungkapkan target pertumbuhan kredit mencapai 17,5%, meski harga komoditas pokok seperti sawit dan karet belum pulih. Sebagai gantinya, BPR setempat menbidik sektor perdagangan sebagai prioritas utama penyaluran kredit.

Selain sektor itu, sebanyak 99 unit BPR daerah itu juga menyasar sektor pertanian dan jasa untuk mengejar target pertumbuhan.

Menurutnya, sebagian besar BPR di daerah itu beroperasi di kota-kota tingkat kecamatan yang potensial untuk menggarap pasar-pasar tradisional, sehingga diyakini tetap mampu meningkatkan pertumbuhan.

Indra Yuheri, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Perwakilan Sumbar mengakui tekanan terhadap BPR di daerah itu sangat besar. Selain karena keterbatasan modal, BPR juga sulit bersaing dengan bank umum untuk menyalurkan kredit dan menghimpun dana.

“Memang susah, tetapi sebetulnya peluang BPR untuk tumbuh masih besar, karena mereka punya pasar yang tidak bisa dijangkau bank umum. Tinggal bagaimana mengelolanya dengan baik,” katanya.

Indra mengungkapkan, OJK menerapkan program recycling atau penataan kembali manajemen seluruh BPR yang ada di daerah itu.

Adapun, program itu meliputi, refreshment atau penyegaran kembali tenaga funding officer (FO) BPR, pendidikan untuk internal control BPR, evaluasi menyeluruh per semester, dan meningkatkan kembali peran Apex bank.

Jika program tersebut berjalan, Indra meyakini kinerja BPR bakal lebih optimal. Sebab, kegagalan BPR di daerah itu selama ini disebabkan minimnya tenaga profesional dan pengelolaan bank yang dilakukan ala kadarnya.

Adapun, sepanjang tahun lalu, kinerja BPR daerah itu mencatatkan pertumbuhan aset 6,98% menjadi Rp1,5 triliun. Kinerja kredit tumbuh melambat 2,85% menjadi Rp1,17 triliun, dan pengimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 14,45% menjadi Rp1,17 triliun.

Sementara itu, rasio kredit bermasalah atau (nonperforming loan/NPL) BPR mencapai 11%, dan rasio kecukupan modal bank atau (capital adequacy ratio/CAR) berkisar 17%.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: M. Syahran W. Lubis
Terkini