FUNGSI INTERMEDIASI: Bunga Kredit Bisa Turun Sepanjang Tahun

Bisnis.com,10 Feb 2016, 22:10 WIB
Penulis: Annisa Sulistyo Rini & Lavinda
Rata-rata suku bunga kredit modal kerja rupiah diprediksi turun 1 bps menjadi 13,48% per tahun dan suku bunga kredit konsumsi rupiah turun 7 bps menjadi 15,12% per tahun. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Penurunan suku kredit perbankan berpotensi untuk dapat turun lebih banyak lagi sepanjang tahun ini.

Wakil Direktur Utama PT Bank Rakyat Indo nesia (Persero) Tbk. Sunarso mengatakan perseroan bakal menurunkan suku bunga kredit di luar program kredit usaha rakyat (KUR) pada bulan ini.

Rencananya, perseroan bakal memangkas suku bunga pinjaman sebesar 25 basis poin atau setara dengan penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). “Pak Asmawi [Direktur Utama BRI] bilang akan turun 25 bps. Ini tahap awal, masih ada peluang untuk turun lagi sampai akhir tahun,” katanya di Jakarta pekan lalu.

Sunarso mengatakan penurunan suku bunga kredit saat ini merupakan respons bank terhadap pemangkasan BI Rate pada pertengahan Januari 2016. Selain itu, pada tahun ini pasar juga dibanjiri KUR dengan bunga yang dibayarkan masyarakat sebesar 9%, sehingga, dirinya menilai mau tak mau bank-bank juga bakal menurunkan suku bunga kredit untuk dapat bisa bersaing.

“Kalau bisa ya kami turunkan suku bunga kredit sampai 100 bps. Kalau bisa kan pemerintah juga senang banget,” ujar Sunarso.

Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menuturkan penurunan suku bunga kredit di perseroan dipengaruhi oleh pergerakan suku bunga deposito. Emiten dengan kode saham BBRI ini, lanjutnya, bakal menurunkan suku bunga simpanannya sebesar 25 bps hingga 50 bps. “Nah, penurunan suku bunga kredit kami juga berkisar di level itu. Bareng dengan penurunan suku bunga deposito," katanya.

Dirinya menambahkan perseroan bakal melihat apakah BI Rate akan diturunkan lagi untuk memperbesar penurunan suku bunga simpanan, selain faktor persaingan dan likuiditas.

Sebelumnya, Direktur Utama BRI Asmawi Syam mengatakan menyusul penurunan suku bunga KUR, perusahaan yang dipimpinnya juga bakal menurunkan suku bunga untuk kredit segmen ritel. Asmawi menyebut penurunan tersebut minimal 25 bps.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Maryono menuturkan pihaknya menginginkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR), terutama untuk KPR non-subsidi, bisa mencapai level satu digit pada tahun ini. Namun, perseroan akan melakukan penurunan tersebut secara bertahap.

Saat ini, berdasarkan situs BTN, suku bunga dasar kredit untuk KPR non-subsidi perseroan ditetapkan sebesar 11,50%.

Senior Vice President Non Subsidized Mortgage & Consumer Lending Division BTN Suryanti Agustinar mengatakan apabila ke depannya BI Rate turun lagi, maka otomatis BBTN akan menurunkan kembali suku bunganya.

Pada Februari ini, pemangkasan suku bunga KPR non-subsidi BTN mulai dilakukan pada gelaran Indonesia Property Expo 2016 yang akan digelar pada 13 hingga 21 Februari 2016 di Jakarta Convention Center. Dalam acara tersebut, KPR nonsubsidi BTN ditawarkan mulai dari 6,6% per tahun dan diberikan hingga April 2016.

Sementara itu, ekonom Universitas Gadjah Mada Toni Prasetiantono menjelaskan penurunan suku bunga kredit bank, baik besaran maupun waktunya, bergantung pada kondisi masing-masing bank. Hal ini disebabkan bank-bank Tanah Air memiliki fokus penyaluran kredit yang berbeda.

Kendati demikian, Toni meyakini tren penurunan suku bunga kredit bank pasti terjadi. “Himpunan dana pihak ketiga bank itu banyak, mau dikemanakan? Kalau bank kesulitan menyalurkan nanti jadi beban, sehingga bank menurunkan bunga simpanan yang diikuti penurunan bunga kredit,” ucap Toni.

SATU DIGIT

Di sisi lain, Kementerian Badan Usaha Milik Negara menginstruksikan empat bank pelat merah untuk menurunkan suku bunga kredit di level single digit pada kuartal II/2016. Hal itu disampaikan Menteri BUMN Rini Soemarno usai mendapat pengarahan dari Wakil Presiden Jusuf Kalla di Kantor Wakil Presiden akhir pekan lalu.

Dia menegaskan kebijakan bunga kredit yang rendah akan mulai direalisasikan oleh empat bank BUMN yang termasuk 'pemain' besar di industri perbankan. Keempat bank anta ra lain PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

Nantinya, Rini berharap bank-bank swasta akan mengikuti jejak keempat bank raksasa nasional tersebut untuk menurunkan bunga pinjaman bagi masyarakat di bawah 10%. "Insya Allah dalam waktu dekat, tak terlalu lama, dalam beberapa bulan ini. [Kuartal kedua] mungkin bisa," tuturnya.

Untuk memuluskan rencana itu, dia mengaku akan bertemu dengan pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia dalam waktu dekat untuk membahas rencana secara lebih rinci.

Wakil Presiden Jusuf Kalla menjelaskan ke bi jakan bunga kredit rendah diperlukan sebagai upaya mendorong efisiensi biaya keuangan demi menumbuhkan industri riil. Secara tak langsung, penurunan bunga pinjaman berfungsi meminimalisir penghentian hubungan kerja (PHK) yang marak terjadi belakangan ini.

"Ini supaya efisien, industri bisa jalan, biaya-biaya di Indonesia murah. Kalau mahal semua tak bisa bersaing kita PHK lagi nanti,"katanya. Tak hanya efisiensi sektor keuangan melalui penerapan bunga rendah, pemerintah juga akan menekan ongkos usaha dari sisi logistik, infrastruktur dasar, dan perizinan birokrasi.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner Muliaman D. Hadad memperkirakan segmen ritel akan menjadi yang pertama diturunkan suku bunganya oleh perbankan. “Alasannya, Pemerintah telah meningkatkan subsidi Kredit Usaha Rakyat (KUR) sehingga suku bunganya turun dari 12% menjadi 9% kan pada awal tahun ini,” ujarnya.

Menurut Survei Perbankan BI, pada kuartal I/2016 rata-rata suku bunga kredit rupiah ber potensi menyusut. Rata-rata suku bunga kredit modal kerja rupiah diprediksi turun 1 bps menjadi 13,48% per tahun dan suku bunga kredit konsumsi rupiah turun 7 bps menjadi 15,12% per tahun. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini