Sering saya jelaskan bahwa uang itu kekuasaan. Mengapa kita sulit menerima kekuasaan?
Anda bayangkan seandainya ada orang (kaya) mengajak Anda menemukan solusi permasalahan pelik dari dirinya. Lalu sebagai imbalan, Anda diberikan uang (banyak). Nah, pertanyaannya:
1. Bagaimana reaksi Anda setelah menerima kekuasaan (uang) dalam jumlah besar? Anda tidak mungkin mengambil sikap negosiasi. Anda tidak mungkin mengatakan "apa yang aku dapatkan lagi?".
Artinya bila pikiran Anda selalu menimbang mana pemberian dan mana pengorbanan Anda, selamanya Anda tidak akan diberikan kekuasaan (uang). Untuk mendapatkan kekuasaan (uang) dalam jumlah besar, Anda harus mengerti total trust. Anda berhenti bernegosiasi. Ada pepatah kuno mengatakan "jangan mengajukan syarat pada penolongmu".
2. Mungkinkah setelah Anda diberikan kekuasaan (uang) Anda berpaling? Misalnya, sering orang bilang "jangan lupa kalau kamu sudah di atas" artinya, Anda diharapkan untuk tidak berpaling.
Ada seorang ibu yang setelah suaminya meninggal membagikan seluruh warisan kepada anak-anaknya. Apa yang terjadi? Anak-anaknya kemudian berpaling.
Oleh karena itu, sebuah pemberian kekuasaan (uang) dalam jumlah besar adalah mengikat. Bila Anda tidak ingin mengikatkan diri kepada sumber kekuasaan, maka tidak mungkin Anda diberi kekuasaan (uang).
Anda tidak diharapkan untuk menang. Atau bebas. Atau menimbang mana pemberian dan mana pengorbanan. Karena selama sikap itu ada, tidak akan ada pemberian kekuasaan (uang).
Anda jangan lagi menimbang hak dan pengorbanan. Pikirkan doa God is merciful and compassionate (Tuhan maha pengasih dan pengampun). Bila Anda yakin hal ini, maka semakin dekat kemungkinan Anda menerima kekuasaan (uang).
Penulis:
Goenardjoadi Goenawan
Konsultan dan motivator tentang paradigma baru tentang uang. Penulis 10 buku manajemen, termasuk "Rahasia Kaya, Jangan Cintai Uang", "Money Intelligent: Rahasia Kaya, Mulai Berbisnis" yang baru terbit. goenardjoadi @ gmail.com
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel